Suara alarm di jam 5 pagi membangunkan ku. Dengan sekuat tenaga kucoba untuk bangun. Julian tertidur tepat di sebrangku. Gila, dia bahkan lebih tampan ketika tertidur.
Garis wajahnya dari samping adalah sebuah mahakarya. Hidung mancungnya, pipinya yang merona, bibir merahnya, tak bisa kupilih yang mana yang jadi favoritku.
Bolak balik aku pikir, masih tak mampu masuk logikaku. Betapa isengnya semesta, membuat lelaki seperti dia jatuh hati padaku. Pada hatiku yang masih berantakan. Hingga cukup lama tak kuperbolehkan dia masuk.
*
*
Dengan sisa tenaga yang aku miliki, aku bergegas mandi. Tubuhku lengket oleh keringat dingin semalaman. Kupilih daster berbahan kaos bergambar mickey mouse. Baju terfavoritku jika sedang dirumah.Lalu ku pergi ke dapur, selai coklat sebagai pasangan rotiku pagi ini. Aku membuat beberapa helai roti juga untuk Julian. Jika tak salah, Julian lebih suka kopi hitam untuk mengawali paginya. Tak apa, ini baru permulaan. Aku baru saja berniat untuk mengenalinya lebih dalam. Setelah kuingat, selama dua tahun mengenalnya, sedikit sekali yang kutahu tentangnya.
"Hei, kapan kamu bangun? Kamu udah baikan?" Ucap seseorang sambil melingkarkan lengannya di dadaku dari belakang. Tubuhnya hangat menempel pada punggungku.
"Aku udah gak apa-apa kok Kak !" Jawabku sambil mengusap-ngusap lenganya yang masih melingkar si dadaku.Lalu dia mengecek suhu tubuhku dengan pipinya menempel dipipiku, lalu dia kecup leherku untuk memastikan jika aku sudah tidak demam.
"Syukurlah, tapi jangan dulu kerja ya Ra, beristirahatlah untuk hari ini, aku temani " usulnya.
"Gak apa-apa kamu meninggalkan pekerjaanmu?" Tanyaku.
"Kantor gak kan bangkrut ko kalo aku tinggalkan sehari" canda Julian.
"Haha kenapa gak kamu kerjakan aja disini sambil menemaniku." Aku memberinya usul.
"No ! Aku disini mau menemanimu, menemani hari liburmu, aku gak mau kamu hanya menontonku bekerja" jawab Julian.
*
*
Hari ini Julian benar-benar menemaniku. Kami menonton film bersama dirumahku. Dia bahkan memasakan makan siang untukku."Kamu bisa masak juga?" Ucapku takjub.
"Gak jago sih, tapi bisa. 6tahun aku tinggal sendirian, mau gak mau aku harus bisa masak"
*
*
Diluar sana banyak juga lelaki yang tinggal sendiri, tapi tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Namun Julian, pandai memasak, tidak gengsi membersihkan rumah.Entah kenapa aku jadi takut, Julian terlalu sempurna. Hingga sekarang, belum kutemukan celanya. Sedang yang semua orang yakini, bahwa tak ada manusia yang sempurna, tapi kini nampak dihadapanku.
*
*
"Biar aku saja yang beresin kak !" Aku menawarkan bantuan.
"Kamu duduk aja disana, biar aku yang selsaikan, tenang saja, aku akan meminta bayaran untuk pekerjaanku hari ini " canda Julian.
Lihat, dia bahkan begitu sigap membereskan bekas makan kami berdua. Aku ini hanya sedikit kelelahan, bukan seorang penderita sakit parah yang telah payah.Namun, kuturuti permintaanya, aku duduk di sofa ruang TV ku. Tak lama kemudian, Julian menyusul. Dia rebahkan kepalanya di pahaku.
"Karena kamu terlihat sangat sungkan, inu adalah bayaran yang aku minta darimu Ra" katanya.
Awalnya aku terdiam, terasa sangat canggung meski hanya dia rebahkan kepalanya dipahaku. Padahal kami pernah sama-sama tak berbusana dan menghabiskan malam bersama.
"Mau cerita gak Ra ?"
"Cerita apa ?" Aku balik bertanya."Apa saja, cerita tentangmu yang habis bertemu Ricky misalnya "
Rara, mati !
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sex Partner | COMPLETE (21+)
General FictionRara, seorang single parent yang baru saja berpisah dengan kekasih barunya . Tapi ada yang tak bisa membuat mereka benar-benar terpisah . Antara cinta dan sex . Bisakah Rara terlepas dari belenggu sex bebas ?