Hot Choco and Chocolate cake

15.9K 291 32
                                    

Episode perpisahan kembali terjadi. Namun kini terasa lebih ringan. Hati sudah menjadi lebih terbiasa dengan kalimat selamat tinggal entah kapan berjumpa lagi.

Kami tiba pukul 3.00 sore di travel, satu jam sebelum keberangkatan. Tuhan sangat baik hari itu. Membuat Ricky teledor salah membeli tiket pulang. Sehingga dengan senang hati jam keberangkatanya di undur menjadi jam 6.30 sore. Beruntungnya kami hari itu, artinya kami masih punya waktu 2jam lebih untuk menunda perpisahan. Terimakasih Tuhan, aku anggap ini sebagai kado ulangtahunku.
*
*
Seperti biasa, Ricky selalu sibuk dengan handphone nya jika berada di travel. Aku kembali menjadi teman duduk dia di ruang tunggu. Namun aku putuskan untuk tak menggerutu, aku memilih untuk menikmati pemandangan didepanku. Ricky yang duduk dihadapanku, kutatap hingga kenyang.

Namun tiba-tiba Ricky beranjak dari kursinya.
"Ayo Ra !" Ajaknya.
"Kemana ?" Tanyaku.
Belum sempat dia jawab, dia buru-buru pergi keluar, aku mengikutinya dibelakang.

Sampailah kita di sebuah mini market disebelah travel. Lalu dia memberiku selembar uang dan memintaku masuk kedalam mini market untuk membeli 2 gelas hot choco .

"Nanti kamu tunggu disini yaa !" Ricky memintaku untuk menunggunya di teras sebuah mini market. Disana terdapat beberapa meja dan kursi untuk pelanggan yang mampir. Aku turuti permintaanya, dan dengan sabar menunggunnya kembali. Entah dia pergi kemana, dia terburu-buru pergi ketika kutanya hendak kemana.
*
*
Tak sampai 15 menit dia kembali membawa sebuah plastik putih lalu menaruhnya diatas meja yang sama denganku menaruh hot choco pesanannya. Dia keluarkan kotak kecil dengan tutup mika diatasnya. Didalamnya terdapat satu buah chocolate cake mini dengan dua potong strowberry diatasnya.

Dia keluarkan pematik api dari sakunya. Dia nyalakan tepat dihadapanku.

"Ayo make a wish Ra !"
Aku kebingungan dengan tingkah laku Ricky. Ternyata dari tadi dia sibuk mencari toko kue terdekat lewat handphonenya. Aku lihat keringat jatuh di pelipisnya, nafasnya terengah-engah mungkin karena berlari menuju padaku. Apa yang dia pinta dariku untuk merelakannya, tak sebanding dengan perlakuannya padaku. Bolehkah aku memintamu sebagai doa ulangtahunku kali ini? Tuhan aku mohon, aku masih ingin menjadi bagian dari hidupnya. Menjadikan bahunya sebagai tempatku bersandar. Aku masih ingin mendengar suaranya sebagai pengantar tidurku. Aku belum mau pamit dari hari-harinya.

"Ayo cepat tiup, panas nih jempol aku ?"
Segera ku pejamkan mataku , lalu berdoa dengan khidmat dan sungguh-sungguh.

"Tuhan, aku tau aku ini pendosa, aku sering mengabaikanmu, namun aku sedang terdesak, berikan lelaki dihadapanku untukku, aku benar-benar meminta padaMu Tuhan. Aku janji akan lebih sering bersedekah, gajiku sangat lumayan, Aku mengajakMu bernegosiasi. Aamiin"

Lalu kutiup api dari pemantik yang dia pegang.

"Okey sudah, sekarang ayo kita habiskan Ra !" Katanya dengan senyum lebar diwajahnya.

"Okeey !! Wah sepertinya ini sangat enak !" Kataku dengan mata terbelalak.

Jika melihat pemandangan ini, siapa yang akan menyangka jika kami berdua sedang menahan luka yang perih. Kami sungguh terlihat bagai pasangan yang bahagia bukan?

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang