Kamar Hotel

44.6K 495 4
                                    

Selesai mandi, kusisir rambutku. Kusemprotkan parfume keseluruh tubuhku dengan perasaan yang aneh.
Aku takut secara tiba-tiba. Membayangkan tubuhku akan disentuh lelaki lain, membuatku sangat gugup dan takut.

Aku pernah menjadi wanita baik-baik. Menikah di usia 20thn dengan keadaan masih perawan. Aku berhasil menjaga kehormatanku hingga akhir. Sudah bisa menggambarkan wanita seperti apa aku ini sebelumnya kan?

Namun dunia begitu kejam padaku. Hantaman perceraian membangunkan sisi berontak dalam diriku. Aku yang dulu bahkan tak berani memandang lelaki lain. Kini dengan sadar menawarkan tubuhku kepada Julian dengan cuma-cuma. Pelacur saja mendapat upah dari tuannya. Lantas apa sebutan yang pantas untukku?
*
*
Terdengar pintu kamarku diketuk. Itu pasti Julian. Ketakutan ku semakin nyata. Aku merasa tidak siap untuk ini. Namun aku harus bertanggung jawab atas perbuatanku. Aku yang memintanya kesini. Tentu saja dia paham apa yang harus kita lakukan disini. Aku pasrah!

Tak seperti biasanya, senyum manis Julian tak nampak kala aku buka pintu kamar. Dia menerobos masuk, lalu mondar-mandir tak jelas, sebelum akhirnya dia terduduk dikursi disebelah tempat tidur. Dia ambil satu batang rokok, lalu dia hisap dengan bibir merahnya.

Aku duduk didepan Julian, mengenakan kaus putih tipis menerawang. Celana pendek hitam ketat yang memperlihatkan lekuk bokongku.
"Kamu mau mandi dulu Kak?" Tanyaku
Julian hanya menggelengkan kepalanya, sambil meniupkan asap rokoknya keatas langit-langit kamar hotel.

Dia terduduk menunduk, sesekali dia menatap kearahku dengan sinis. Aku semakin takut dan canggung. Suasana aneh menyeruak dikamar ini. Aku bahkan tak sanggup berkata. Aku hanya terdiam, dan bersiap kapanpun ini akan dimulai.

"Berapa kamu bayar hotel ini?" akhirnya Julian mengeluarkan suaranya.
Aku tunjukan bukti pembayaran yang aku dapat dari petugas hotel.
"Kali ini biar aku yang bayar " jawabku.
Namun Julian tiba-tiba mengeluarkan dompetnya. Dan memberiku uang dengan jumlah yang sama dengan yang ada di kertas bills hotel tadi.

"Ayo pulang !" Ajak Julian
"Kok pulang? Kan kamu baru datang, kita belum melakukan apa-apa!" Jawabku.
"Terus kamu berharap kita melakukan apa disini? Cepat pakai bajumu, kita pulang !!" Julian berkata dengan nada suara sedikit emosi.

Seketika tangisku pecah. Entah ini airmata apa? Apa karena aku merasa kecewa karena dia menolak tubuhku? Atau airmata lega karena artinya aku tak perlu memberikan kehormatanku? Atau jangan-jangan karena rasa malu yang teramat sangat didepan Julian?

Apa yang telah aku lakukan ? Tega-teganya aku memandang sama Julian dengan yang lain. 2 thn aku mengenalnya, tak pernah sekalipun Julian memperlakukan aku dengan rendah.

Dia jongkok didepan ku yang sedang menangis. Lalu mengusap rambutku dengan lembut sambil berkata.
"Tahukah kamu betapa sulit bagiku menolak tubuhmu? Aku berbohong jika bilang aku tak tergoda. Setengah mati aku menahan diri untuk tak menjamahmu. Tapi aku tidak hanya ingin tubuhmu, aku juga mau hatimu"

Tangisku semakin kencang.
"Aku mau kamu, tapi bukan dengan cara seperti ini. Sekarang ayo aku antar kamu pulang"
*
*
*

Sumpah demi Tuhan aku tak akan pernah mengganggunya lagi. Aku sudah tak punya muka didepannya. Laki-laki sepertimu, tak pantas untuk wanita seperti ku.

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang