Layu lalu mati

8.7K 232 10
                                    

"Wah wah wah ini Mama dan Bapak kok ngeduluin Julian sih ? Aku aja belum berani loh ngomong sama Rara" Julian menyelamatkanku dari pertanyaan yang belum bisa kujawab.

"Ah abisnya kamu kelamaan Kak, nanti Raranya keburu disamber orang baru deh kamu nanti yang menyesal" ucap Mama diikuti tawa kami semua.

"Jangan donk Ma, doainnya yang baik-baik aja !" Pinta Julian.

"Nanti kapan-kapan kita makan siang sama Mama Papaku ya Mah" ajakku.

"Wah Mama gak sabar nih ketemu orangtuamu Ra, kabarin secepatnya ya Ra, Mama tunggu lho !" Mama Julian tampak senang dengan ajakkanku.

Entah apa yang baru saja kulakukan, aku seperti memberi sebuah harapan untuk mereka. Sedang hatiku masih terbelah dua.

Terkadang kita harus berada disituasi terdesak agar bisa memilih jawaban yang tepat. Seperti situasiku saat ini. Tak ada jawaban lain selain menjanjikan sebuah pertemuan keluargaku dan Julian. Aku tak mau Julian malu didepan kedua orangtuanya. Terlebih aku tak ingin orangtuanya kecewa, mereka sangat baik padaku.
*
*
Tak lama mereka berpamitan, mereka masih harus mengunjungi rumah kakak perempuan Julian. Bertemu kangen dengan kedua cucu mereka.

"Jangan dulu pulang Ra, menginap saja disini" usul Bapak padaku.
Dan aku hanya tersenyum dan berbalas tatap dengan Julian.

Mereka mungkin sangat percaya pada putranya takkan melakukan hal yang aneh padaku.

Tapi aku adalah perempuan yang tak bisa dipercaya. Bahkan Julian yang sempat menolak tubuhku, akhirnya ambruk juga diatasnya.
*
*
"Kamu gak usah mikirin omongan orangtuaku ya Ra, apalagi sampai membebani pikiranmu" tiba-tiba saja Julian berkata padaku.
"Lho kenapa memang?" Tanyaku.
"Aku gak mau kamu terpaksa mempertemukan orangtuamu dan orangtuaku, tenang Ra, aku akan sabar menunggu hingga kamu siap, aku yang paling tau keadaan hatimu Ra". Jawab Julian.

Tanpa sadar, tubuhku mendekat padanya, lalu kusandarkan wajahku didadanya,kulingkarkan tanganku ditubuh Julian.

"Makasih yaa Kak, aku gak tau lagi apa yang harus kulakukan untuk membalas perasaanmu yang begitu deras untukku. Seribu terimakasih pun rasanya takkan cukup. Beri aku sedikit lagi waktu, maka aku akan punya waktu juga untuk cintamu. Aku hanya perlu membereskan hatiku yang masih berantakan. Kini aku terlalu malu jika harus membiarkanmu masuk didalamnya. Tunggu aku Kak, sebentar lagi aku janji" tiba-tiba saja semua kata-kata itu mengalir dari mulutku.

Dia mendekapku lebih erat.

"Masalah bertemu orangtuaku, ayo kita lakukan dalam waktu dekat, aku ingin pamer wajah tampanmu didepan keluargaku" ajakku.

"Serius Ra?" Julian melepaskan pelukannya lalu menatapku dengan mata terbelalak.
"Iya serius ".
"Terimakasih ya Ra" sambil menggenggam kedua tanganku.

Aku pikir tak apa mengenalkannya pada keluargaku. Orangtuaku harus tau jika selama ini ada lelaki yang tulus menyayangi dan menjagaku. Bahwa orangtua lelaki ini juga sangat baik padaku.

Aku yakin, orangtua ku akan langsung jatuh hati pada Julian. Semoga saja dengan dukungan dari orangtuaku, aku semakin cepat sadar dan pulih dari bayang-bayang Ricky.

Sedikit demi sedikit, perasaanku pada Julian mulai tumbuh. Perasaan yang memang benar-benar kutanam dan pelihara.

Berbeda dengan perasaanku pada Ricky, yang tak layu meski tak ku sirami lagi. Bahkan seringnya terinjak oleh tingkah laku pemiliknya, namun tetap tegar, meski patah dan kering. Kini hanya tinggal menunggu layu dan mati.

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang