KONTRASEPSI

32.6K 324 8
                                    

Dengan ragu yang menyeruak, siang itu aku bersiap untuk menjemput Ricky disalah satu Mall dipusat kota. Hari itu Ricky meminta bertemu disana. Aku setuju.

Namun disepanjang perjalanan, hatiku tak henti berkata "Ra ini belum terlambat untuk menolaknya, dengan bertemu, kamu harus siap dicampakan lagi"

Sayangnya, aku terlahir dengan rasa tega yang sedikit. Mana mungkin aku mengabaikannya yang datang jauh-jauh untuk menemui ku?
Andai saja aku bisa sedikit kejam padanya seperti aku yang sangat kejam pada diriku sendiri. Mempersilahkan oranglain terus menerus menyakitiku tanpa jeda. Bukan Ricky yang melukaiku, tapi akulah pelaku sesungguhnya dari sakit yang tak berkesudahan ini.
*
*
Aku lihat Ricky terduduk didepan pintu masuk Mall seorang diri. Dengan rambut yang semakin panjang, berkaus putih bersih dan jaket hijau. Dia lambaikan tangannya sesaat setelah melihatku.

Tak ada basa-basi menanyakan kabarku, atau sekedar berjabat tangan, layaknya dua orang yang sudah lama tak saling bertatap.
*
*
"Ra antar aku ke kempat facial langgananmu !" Pintanya padaku. Entah ini sebuah permohonan atau perintah. Meski terlihat cuek, tp Ricky sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan tubuhnya. Sering sekali skincare menjadi topik obrolan kami.

"Ayook, gak jauh kok dari sini !" Jawabku.
Lalu kami bergegas menuju klinik kecantikan tempat aku biasa melakukan treatment kadang-kadang. Tidak seperti Ricky, justru aku tak terlalu betah berlama lama duduk di salon atau terbaring diklinik kecantikan.
*
*
"Ra ke mini market dulu yah !"
"Okay " jawabku disertai anggukan.
Lalu Ricky masuk kesebuah mini market dan aku memilih menunggunya di kursi yang ada di depannya .
Tak lama Ricky keluar dan menyodorkan minuman dingin untukku.
Apa-apaan ini? Yang seperti ini saja membuat aku tersentuh. Ahh dasar lemah.

Tapi tunggu ! Aku melihat tangan Ricky bergegas memasukan sebuah kotak kecil kedalam tasnya. Sambil tersenyum menatapku dia berkata "buat nanti malam Ra!"

Yaa ! Samar-samar aku lihat kotak biru yang dimasukan kedalam tasnya itu mirip kemasan kondom berwarna biru.

Sebenarnya ada perasaan sedih dan kecewa dalam diriku. Ricky, apakah aku hanya seorang sex partner untukmu? Apa kau hanya datang padaku untuk memuaskan nafsumu?

Namun tak ada pilihan lain selain berperan menjadi Rara si jalang. Okey! Daripada meratap, lebih baik aku menikmati saja permainannya nanti malam.

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang