Belajar Tega

11.8K 241 11
                                    

Otakku kini semakin penuh sesak. Belum terhapus kenangan bersama Ricky. Kini Julian ikut ambil bagian memasuki setiap sudutnya.

Mencintai Ricky saja belum ada habisnya, kini benih mulai tumbuh untuk Julian. Entahlah apa namanya.

Pada Ricky, aku sering merindukannya hingga sekarat. Menginginkannya dengan sangat. Seburuk apapun sisi gelap yang dia tunjukan, aku selalu bisa melihat titik terang meski redup redam pada dirinya. Mengingatnya, membuat rinai air mataku turun begitu saja. Seribu kali kuingat keburukannya setiap hari, masih belum juga mampu membuatnya tersingkir.

Sedang Julian, rupanya saja sudah cukup untuk menjadi alasan siapapun untuk jatuh cinta, termasuk aku. Cara dia memperlakukanku, membuat candu baru bagiku. Dia tak pernah sengaja hilang agar aku mencarinya. Tak pernah sengaja sembunyi agar dirindukan. Tangannya lah yang selama ini menyeka lembut air mataku. Meski air mata itu untuk lelaki lain.

Jika aku benar mencintai Ricky, mengapa ada Julian yang kini mulai kucintai juga? Bukankah cinta seharusnya tidak berpindah dengan cepat?

Namun kenapa juga aku masih selalu merindukan Ricky, meski sedang dalam dekapan Julian?

Mereka punya hangat yang berbeda. Dua-duanya terasa sangat nyaman dan menenangkan. Sepertinya aku kini terlalu menghayati peran menjadi jalang.
*
*
*
Sore itu, langit jingga mengantarku pulang dari kantor. Tak ada janji temu dengan Julian hari ini. Tak apa, terkadang aku suka lelaki yang sibuk bekerja. Mereka menjadi sexy jika bisa menghasilkan banyak uang.

Notif pesan handphoneku berbunyi.
"Ra aku diteras rumahmu, kamu pulang kan sebentar lagi? Tadinya mau bikin kejutan, tapi setelah dipikir takut kamu pergi bersama teman-teman kantormu, bisa mati menggigil aku disini Ra, cepat pulang ya :)"

Ricky, apalagi sekarang? Bisakah berhenti disini? Untuk apa kamu datang lagi sedangkan kamu sendiri tak tau mau kamu bawa kemana aku ini? Ke altar pernikahan? Ke meja penghulu? Bukankah Jakarta juga tak kekurangan pelacur? Kenapa jauh-jauh datang kesini?

"Ra ... Dingin nih :("

"Sorry Ky, hari ini aku gak pulang kerumah, aku sedang diluar kota tugas kantor" sungguh, hatiku sangat sedih dan hancur berbohong seperti ini padanya. Namun jika dia belum bisa melupakanku, seharusnya dari dulu aku yang menghindar. Sebelum semuanya hancur berkeping-keping.

"Oh gitu ya Ra, maaf yaa Ra memang salahku gak ngasih kabar terlebih dahulu, gak apa-apa Ra, aku akan mencari hotel dekat sini, kamu hati-hati ya Ra".

"Okee !"
Mataku tiba-tiba berair, perih. Lalu tanpa sadar pipiku basah karena air mata yang jatuh. Aku mengemudikan mobilku sambil terisak kencang. Belum pernah berbohong sesakit ini.

"Ricky ngapain kamu kesini? Terus kamu sekarang mau kemana? Dirumahku kan jam segini sudah gak ada kendaraan, ojek online juga susah  dapetnya, kamu bawa handuk gak? Sabun mandi juga bawa kan? Karena setiap kerumahku kamu selalu memakai punyaku!" Kata ku sambil terisak didalam mobil. Pertanyaan-pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada Ricky, kuluapkan sendiri sepanjang jalan. Aku harus belajar menjadi tega dan tak peduli padanya.

Sesampai dirumah, kulihat dua kaleng bekas minuman kesukaan Ricky di meja teras rumahku, kertas struk minimarket, dan bekas abu rokok bertebaran dilantai.

Lututku tiba-tiba saja lemas dan gemetar. Tubuhku seperti kehilangan penopangnya. Ingin segera ambruk diatas tempat tidurku. Setelah pintu rumah terbuka, tak tahan lagi, tangisku semakin pecah. Membayangkan Ricky terduduk lama menungguku di teras. Menunggu aku pulang. Menyambutku dengan senyum manisnya. Dia pasti kedinginan tadi disana, terbukti dari sisa batang rokok yang berserakan. Seberapa lama kau menungguku, Ricky ?

Malam ini berbeda, aku menangis bukan karena merindukannya, tapi setengah mati aku khawatir. Ujungnya, aku jugalah yang paling terluka ketika mencoba melepaskan Ricky.

My Sex Partner | COMPLETE (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang