"Kau sudah menunggu lama?" Park Jimin, salah satu pangeran sekolah, menyapa Zhao Lusi, yang sedang duduk sembari membaca buku di perpustakaan. Membaca buku hanya kedok belaka. Gadis cantik berambut panjang itu sedang menunggu Jimin sedari tadi. Dia merasa beruntung bisa mengenal Jimin.
Bahkan bisa dibilang, sekarang mereka sedang menjalani pendekatan. Sisi gelap Jimin? Tentu Lusi tahu bagaimana bejatnya laki-laki itu. Tapi menurutnya, setiap orang bisa mendapatkan kesempatan kedua bukan? Menurutnya, Jimin layak mendapatkan kesempatan lain. Gadis itu memang seperti malaikat. Terlalu baik.
Sebenarnya, sudah sejak lama Lusi menyimpan perasaannya pada Jimin. Sudah semenjak Jimin melayangkan keusilannya pada Lusi pada saat sekolah menengah dulu. Jimin memang usil, tapi tidak sampai membuat Lusi menjadi wanita murahan seperti yang lainnya. Lusi tak pernah Jimin sentuh.
Bukan karena Jimin tidak menginginkan meniduri Lusi, tidak seperti itu. Jimin hanya belum mendapatkan kesempatan yang tepat. Bagaimana bisa menyentuhnya jika setiap kali mereka bertemu saja, Lusi selalu saja menghindari Jimin karena malu. Jimin gemas dan sesekali menggoda perempuan baik itu. Tidak sampai menidurinya.
Tapi kejadian itu membuat sang gadis salah paham. Mau tak mau, Lusi berpikir bahwa dia gadis yang spesial untuk Jimin. Semenjak ada prasangka itu, Lusi menaruh hati pada laki-laki brengsek itu—dan malangnya kau tak menyadari itu, Lusi—. Bahkan dia bertekad untuk mengubah Jimin. Lusi akan memberikannya cinta, sehingga Jimin berhenti untuk bermain-main dan mulai menemukan apa itu cinta. Lusi berharap dirinya yang menjadi cinta bagi Jimin. Oh sungguh naif sekali dirimu Lusi.
"Tidak, Jimin. Aku juga baru saja sampai" Lusi tersenyum manis. Dia berbohong. Tentu saja dia sudah menunggu lama. Dia tak sabar bertemu dengan pangeran berwajah manis ini, yang senyumnya mampu melelehkan setiap perempuan yang melihatnya. Satu jam yang lalu dia sudah berada di perpustakaan sekolah.
Usai bel pulang sekolah tadi, Lusi segera meninggalkan kelas dan berlari menuju perpus. Mereka janji akan bertemu di sini hari ini. Tapi Jimin terlambat datang. Kau tahu, mengurusi kebutuhan 'juniornya' bersama wanita lain yang tidak sengaja ia temui tadi saat hendak menuju perpustakaan. Andai Lusi tahu bahwa laki-laki yang membuatnya tertarik ini terlambat karena bercinta dengan wanita lain, apa yang akan dilakukannya? Masihkah bertahan dengan perasaannya yang tulus?
Jimin tersenyum. Perempuan di depannya ini akan lebih mudah dikelabuhi jika Jimin bisa mengambil hatinya. Sebenarnya sudah sejak lama Jimin menjadikannya target. Semenjak di bangku SMP. Mereka satu sekolah dan sekarang mereka satu SMA. Beruntung sekali dia. Tapi mendapatkan atensi Lusi, tidak semudah yang Jimin pikir.
Dia memang gadis 'baik', tidak seperti yang lain. Dia tak mudah disentuh. Tapi itu akan terjadi sebentar lagi. Jimin akan berhasil menyentuh Lusi dan menjadikannya seorang 'wanita'. Jimin sudah menyusun strategi yang sempurna untuk menaklukkan malaikat suci di depannya ini. Jimin akan merebut kesucian dirinya. Dia hanya butuh sedikit bersabar. See..Lusi benar-benar salah menilai Jimin. Bagaimana dia tak menyadari bahwa dia sedang terpesona dengan seorang iblis?
"Jangan tersenyum seperti itu, Lusi, aku akan benar-benar jatuh cinta padamu sekarang" ucap Jimin yang mengundang rona di pipi gadis itu.
Lusi menundukkan kepalanya karena malu. Hal itu membuat Jimin semakin gemas. Jimin menggigit bibir bawahnya, matanya memandangi Lusi. Berimajinasi liar, membayangkan bagaimana bentuk tubuh Lusi. Dia ingin menjamah setiap inci tubuhnya, melepas status 'perawannya' dan membuatnya menjerit nikmat di bawahnya. Ah.. hanya membayangkannya saja, membuat junior Jimin menegang.
"Kau selalu saja seperti itu. Hentikan Jimin" ucap Lusi. Jimin terperanggah. Lusi yang pemalu kini sudah lebih berani. Pertama kalinya, Lusi berkata seperti ini saat dia menggodanya. Sebelumnya tidak pernah. Lusi hanya diam dan menghindar. Tapi kali ini tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
Romance[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...