Bona tersenyum haru ketika bertemu dengan Soeun. Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah kafe di akhir pekan. Sahabatnya itu tak banyak berubah. Hanya semakin cantik dan elegan.
Mereka berpelukan erat, menyalurkan kerinduan karena lama terpisah oleh jarak. Tak henti mereka bertukar kabar, menanyakan keadaan, saling menyemangati dan mendukung. Sungguh ini yang selalu Bona rindukan. Teman-temannya di kampus tidak sehangat Soeun dan Lusi.
Berbagi kisah bahagia kadang tidak seasik berbagi kisah sedih dan menegangkan. Mereka bertukar kabar tentang kabar yang saling mengejutkan. Mereka menangis meratapi takjir yang selalu kejam pada mereka. Sebuah permainan nasib yang tak bisa mereka hindari sama sekali.
"Maaf, Bona. Aku tak bisa menjaga nenekmu" sesal Soeun. Bona menggeleng. Ini sama sekali bukan salah Soeun. Ini semua karena ulang keluarga Kim.
"Tak usah kau pikirkan Soeun, lagipula nenekku baik-baik saja" sahut Bona. "Aku berharap takdir ini memang terbaik untukmu, Soeun-ah" lanjut Bona sendu.
Soeun hanya tersenyum kecut dan mengangguk.
"Lalu bagaimana dengan dirimu sendiri Bona-ya?" tanya Soeun. Kini Bona yang tersenyum miris.
"Aku bertemu kembali dengan Jungkook. Bahkan kini laki-laki itu tinggal di rumahku. Dia ada di Gwacheon" ucap Bona membuat Soeun membelalak lebar. Sahabatnya itu benar-benar kaget bukan main saat mendengar penuturan Bona.
"Ba-bagaimana bisa?" tanya Soeun. Bona menggeleng dia tak tahu. Kecelakaan bodoh itulah yang membuat dirinya bertemu kembali dengan Jeon Jungkook.
Soeun tergagap. Dia tak tahu apa yang harus dia katakan. Pasalnya, Soeun sangat tahu bagaimana kabar Jungkook. Dia tahu berita yang beredar soal Jungkook dan keluarganya. Melihat Bona yang tampaknya tidak terlalu panik, membuat Soeun menarik kesimpulan bahwa Bona sama sekali tidak tahu semua berita itu.
"Bona-ya. Apakah kau menonton berita selama 6 tahun terakhir ini?" tanya Soeun hati-hati. Bona menggeleng. Dia tak pernah melihat berita. Tidak selera dengan pemberitaan media yang kadang hanyalah sebuah manipulasi.
"Tidak. Memangnya kenapa?" tanya Bona. Kini Soeun yang menggeleng.
"A-ah.. aniyo" balas Soeun. "Yah, setidaknya Lusi tak mengalami hal buruk lagi. Aku senang mendengar tentang kabar pernikahannya, aku harap Jimin benar-benar sudah berubah" lanjut Soeun mengalihkan pembicaraan. Bona mengangguk setuju.
"Kau benar, Soeun. Syukurlah aku bisa menyelesaikan design gaun untuknya dengan cepat" balas Bona. "Aku akan menghancurkan Jimin jika dia berani bermacam-macam dengan Lusi" lanjutnya. Soeun menyetujui.
Pertemuan mereka harus berakhir ketika seseorang menjemput Soeun. Keduanya tak bisa berkutik. Tidak bisa menolak perpisahan mereka. Alhasil, Bona harus merelakan Soeun pergi.
"Maafkan aku Bona, kita bertemu lagi di pernikahan Lusi, sampai jumpa" pamit Soeun. Bona hanya bisa mengangguk.
"Sampai jumpa"
.
Setelah pertemuannya dengan Soeun, Bona kembali menuju rumah sakit. Dia harus menemui neneknya bukan? Hanya saja, saat Bona masuk kembali menuju tempat yang khas dengan aroma obat dan alkohol itu, Bona menangkap eksistensi dari seseorang yang sangat tidak asing bagi dirinya.
Dia memang tak mengenakan jas dokter seperti dulu saat ia dibantu oleh laki-laki itu. Bona berjalan mendekat pada orang yang tengah berbincang dengan salah satu perawat di sana. Bona ingin memastikan apa yang netranya lihat tidak salah.
"Dokter Han Seokjin?"
Deg
Laki-laki itu menoleh. Netranya membelalak ketika melihat Bona berada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
Romance[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...