Ini sudah hari ketujuh setelah kepergian ibu Soeun. Gadis itu sudah bisa menerima kenyataan pahit meskipun hatinya masih berat. Setelah kedatangan pihak sekolah ke rumahnya, Soeun enggan keluar kamar. Dia hanya ingin menenangkan diri.
Soeun hanya ingin kebahagiaan. Ibunya selalu mengajarkan pada dirinya bahwa kuci agar dirinya bahagia adalah hati yang tenang. Soeun perlu memaafkan semua kesalahan semua orang padanya untuk dirinya sendiri. Karena memang memendam amarah, adalah sesuatu yang menyesakkan. Semua menjadi terasa buruk di mata Soeun. Bahkan kali ini sarung bantal yang miring membuat Soeun begitu marah.
Soeun menghela nafas. Sudah waktunya dia keluar. Dia harus menenangkan diri.
Dia juga sedikit sedih ketika ayahnya sudah mulai melaut lagi dan kakaknya sudah pergi ke kota rantau untuk bekerja. Bukan karena ditinggal oleh kedua laki-laki kesayangannya, tapi dia sedih karena dirinya sendiri masih terpuruk di sini. Seharusnya dia bisa menjalani hidup dengan baik sekarang.
Ibunya meninggal dan itu memang menyedihkan. Tapi terus menerus dirundung pilu juga tak akan pernah bisa mengembalikan orang yang sudah pergi dari dunia. Akhirnya Soeun beranjak dari ranjang, dia harus keluar mencari udara segar. Saat dia keluar kamar dan berjalan menuju teras, dia dikejutkan dengan keberadaan seseorang.
"Omo!" Soeun kaget bukan main. Matanya membelalak lebar saat laki-laki yang mengubah hidupnya, ada di depannya sekarang.
"Apa yang kau lakukan di sini Kim Taehyung?" pekik Soeun.
"Aku... ingin menemuimu" ujarnya. Soeun hanya menghela nafas kemudian pergi meninggalkan laki-laki itu.
Taehyung menelan salivanya, dia tahu ini akan terjadi. Tapi dia tak meyerah begitu saja. Ada yang harus dia sampaikan pada Soeun.
Soeun menjejakkan kakinya di pasir putih. Pantai selalu ramai seperti biasanya, tapi di hati Soeun, dia merasa sendirian. Meskipun udara sedikit dingin, Soeun sama sekali tidak mengenakan jaket. Dingin yang menusuk tulangnya, tak sebanding dengan rasa sakit yang ada di hatinya
Langkah kakinya terhenti saat dia merasakan seseorang yang terus menerus mengikutinya di belakang. Tanpa menolehpun, dia tahu jika Taehyung mengikutinya. Akhrinya dia menoleh dan benar, laki-laki itu ada di belakangnya sekarang.
"Apa yang kau lakukan di sini? Kau tak punya sekolah?" sindir Soeun.
"Kau sendiri, apa yang kau lakukan di sini? Membolos sekolah?" Taehyung membalas tak kalah sengit. Soeun menghela nafas kesal.
"Apa sih maumu?"
"Aku ingin menemuimu. Ada yang ingin aku bicarakan" ucap Taehyung.
"Katakan" Soeun berencana, setelah mendengar apa yang dia katakan, Soeun akan segera pergi menyingkir dari laki-laki ini. Soeun akan mengusir Kim Taehyung agar pergi dari kehidupannya.
"Maafkan aku" ucap Taehyung yang membuat Soeun sedikit terkejut.
"Siapa yang mengajarimu mengucapkan kata itu?" sekali lagi Soeun menyindir Taehyung. Laki-laki itu jug tahu, jika permintaan maafnya tak akan diterima semudah itu.
"Aku serius" Taehyung mengernyit.
"Kenapa kau meminta maaf? Memangnya kesalahan apa yang kau perbuat padaku?" Soeun memancingnya.
"Soal kamarmu dan juga tikus itu.. memang aku pelakuknya" Taehyung harus menjadi laki-laki yang bertanggung jawab bukan? Dia akan menanggung semua konsekuensinya. Bahkan jika sekarang gadis itu akan berteriak padanya, mengumpatinya dan menyumpahinya, dia akan menerimanya.
Soeun ingin sekali berteriak mengakatan apa yang ingin dia katakan pada laki-laki ini. Tapi Soeun memilih untuk menghela nafas. Dia lelah. Sungguh dia lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
Romance[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...