Jungkook menghela nafas setelah berkas terakhir berhasil ia tanda tangani. Pikirannya tidak tenang semenjak 2 hari yang lalu. Sungguh meskipun dia telah berjanji untuk pergi dari kehidupan Bona, dirinya tak bisa begitu saja berdiam diri. Terutama ketika percakapan wanita itu dengan sang kakak membuatnya semakin naik darah. Apakah dia benar-benar harus kehilangan Bona?
"Hah..." sekali lagi dirinya menghela nafas begitu berat setelah mengusap wajahnya. Dia menyandarkan kepalanya pada kursi kerjanya sembari sejenak memejamkan mata. Sesungguhnya tidak ada niatan untuk melepaskan Bona sama sekali, apa lagi jika harus memberikannya pada hyungnya. Itu bukanlah rencananya!
Sialan
Bagaimana jika Bona benar-benar jatuh cinta dengan Han Seokjin? Gagasan yang sangat tidak disukai oleh Jungkook. Tidak mungkin! Bona tak mungkin begitu saja melupakan Jungkook bukan? Tidak mungkin Bona melupakan cintanya begitu saja. Tidak peduli bagaimana Jungkook melukainya dulu, seharusnya Bona bisa merasakan bagaimana tulusnya Jungkook padanya bukan?
Jungkook memang brengsek dan tidak tahu malu. Dirinya tetap bersih keras menganggap bahwa hanya dialah yang bisa membahagiakan Bona. Bukan kakaknya atau siapapun.
Aku tidak peduli jika aku harus egois begini. Aku hanya menginginkan Bona!
Jegrek
"Aku harap aku tidak menganggumu, Jungkook"
Jungkook membuka matanya dan melihat ke arah pintu ruangannya, melihat siapa yang menganggunya. Hingga netranya membelalak melihat eksistensi seseorang di sana. Park Jimin datang ke ruangannya? Laki-laki ini baik-baik saja?
"Park Jimin!" apakah memalukan jika Jungkook ingin memeluknya sekarang? dia sudah beranjak dari kursinya dan menghampiri pria itu sebelum akhirnya dia melingkarkan tangannya padanya.
"Apa kabarmu, Jeon?" tanya Jimin. Jungkook melepaskan pelukannya.
"Buruk, Jim" keluhnya. "Kau sendiri?" tanya Jungkook balik. Jimin tersenyum.
"Sayang sekali kau tak menghadiri pesta pernikahanku" balas Jimin tanpa menyahuti pertanyaan Jungkook.
Jungkook menggeleng.
"Tidak, Jim. Aku mendatangi pernikahanmu, meskipun tidak secara langsung" jawaban Jungkook membuat Jimin terkejut.
"Apa maksudmu?" tanya Jimin yang masih membelalakkan matanya yang sipit itu.
Jungkook mengangkat tangannya dan menunjukkan 2 jari pada Jimin.
"Ada dua alasan. Pertama, aku tidak memiliki apapun untuk hadiah pernikahanmu, Jim. Aku tak pantas datang ke sana" sahut Jungkook membuat Jimin semakin melebarkan matanya.
"Apa maksudmu? Kenapa menilai seperti itu? Tentu saja kau pantas datang ke pernikahanku, bahkan tanpa hadiah sekalipun!" balas laki-laki bermarga Park itu. Alasan Jungkook sangat tidak masuk akal. "Lalu apa alasan keduamu?" sambungnya.
"Kau percaya jika aku bisa datang ke pernikahanmu karena aku mengikuti seorang wanita?" Jungkook balas tak menanggapi pertanyaan Jimin secara langsung. Jimin mengangkat alisnya. Raut wajahnya mungkin bingung, hanya saja dalam benaknya ia tahu jika Jungkook sudah berubah seperti dirinya.
"Bona?" tebak Jimin. Jungkook mengangguk setelah menghela nafas.
Jimin menepuk pundak Jungkook dan setelahnya, untuk pertama kali, Jungkook bercerita pada Jimin tentang apa yang sekarang ada di lubuk hatinya. Semua ganjalan yang ia rasakan dan semua angan yang ia bangun.
Percayalah, Jungkook telah bersumpah pada langit bahwa hidupnya mulai sekarang hanyalah untuk Bona. Awan tahu bagaimana hujan mengguyur benih di hatinya hingga tumbuh membobol dan membebaskan relungnya. Dia mencintai Bona. Sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
Roman d'amour[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...