Lusi menggembungkan pipinya setelah membaca pesan singkat dari Jimin. Mereka harus batal kencan karena Jimin menjadi panitia acara donor darah dan pemeriksaan kesehatan gratis di sekolahnya. Tidak biasanya Jimin ikut dalam kegiatan kepanitiaan seperti itu.
Jangan-jangan ada perempuan yang Jimin incar! Lusi semakin tidak tenang. Jujur saja dia merasa berdosa karena berpikir yang tidak-tidak dengan kekasihnya itu, tapi tingkah Jimin selama ini membuatnya terpancing untuk mencurigainya. Akhirnya, Lusi memilih untuk bersiap ke sekolah—untuk memantau kekasihnya itu.
Lusi berjalan masuk ke sekolah yang sudah ramai orang. Pemandangan yang asing bagi Lusi. Tidak ada yang melakukan seks sama sekali. Maksudnya, oh ayolah, siapa yang tidak tahu bagaimana tingkah siswa di SMA Helios ini? Lusi mengerjabkan matanya beberapa kali disaat melihat semua orang berlalu lalang dengan kesibukannya masing-masing.
Wanita itu melirik jam tangannya. Kata Jimin acara dimulai pukul 11. Sekarang pukul 7. Sungguh keajaiban luar biasa ketika semua orang bekerja keras di pagi hari. Siapa yang bisa mengatur orang-orang di sini dan membuat mereka menyingkirkan pikiran dalam memenuhi kepuasan biologisnya?
Tapi yang ada yang lebih penting dari ini. Dia harus segera menemukan keberadaan Jimin. Mata Lusi mengedar memindai seluruh penjuru lapangan sekolah. Netranya menemukan Jimin yang sedang serius mengatur backdrop di atas panggung. Lusi mengulas senyum kemudian bergegas menghampiri Jimin.
Langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat seseorang meghampiri Jimin. Tentu saja seorang perempuan. Lusi sedikit tidak suka ketika Jimin tersenyum ke arah perempuan itu.
Jimin, laki-laki itu sedang serius mengatur backdrop yang menurutnya letaknya masih belum sempurna. Usai puas dengan pekerjaannya dirinya menggelengkan kepala dan terkekeh. Dia heran pada dirinya sendiri. Kenapa seorang Park Jimin rela hati untuk bekerja seperti ini? Bahkan sampai berkeringat! Maka Jimin mengusap keringat di keningnya.
"Jimin..." panggil seseorang.
Jimin menoleh mendapati seorang perempuan cantik yang menghampiri dirinya sembari membawa sebotol jus strawberry.
"Oh, hai" Jimin tersenyum.
"Ini untukmu" ucap perempuan itu sambil menyerahkan botol yang dia bawa. Jimin masih tersenyum dan menerimanya. Tapi kemudian dahinya mengernyit saat ada bungkusan kecil yang ditempelkan ke botolnya.
"Apa ini?" tanya Jimin.
"Eung... I-itu..." sang perempuan gugup dan malu.
Sebenarnya tanpa perempuan itu katakan, Jimin pun tahu jika itu adalah 'alat pengaman'. Perempuan ini mencoba untuk menggodanya huh?
"Ah.. aku tahu apa yang kau inginkan, tapi sayang sekali aku tak ingin melakukannya denganmu" ucap Jimin yang membuat netra perempuan itu melebar. Dia kaget. Jimin menolak untuk diajak bersenang-senang?!
"J-Jimin... tapi—"
"Selesaikan pekerjaanmu. Kau lupa jika ketua panitia memberikan peraturan pada kita semua? No sex no foreplay" potong Jimin kemudian memungut kardus kecil di atas panggung.
"Give me a kiss then" balas sang perempuan. Jimin terkekeh.
"I won't. Aku tidak bisa memberikan bibirku pada sembarang situasi" timpal Jimin dan meninggalkan perempuan yang tengah kesal setengah mati.
Jimin masih memegang botol itu. Dirinya berpikir berkali-kali saat melihat bungkusan kecil yang sebenarnya juga menggoda dirinya. Dirinya menghentikan langkah sejenak dan berbalik pada sang perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
عاطفية[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...