"Menikahlah denganku, Oppa" ujar Rose menyita atensi Jimin yang tengah makan siang. Ajakan Rose pada Jimin untuk makan siang bersama, bukan sesuatu yang harus Jimin tolak. Dia ingin menghargai bagaimana Rose yang telah susah payah membuat bekal makanan untuk dirinya. Hanya saja, bukan yang seperti ini yang Jimin mau. Jimin hanya menganggap Rose sebagai adik dan teman. Tidak lebih.
"Berhentilah bercanda dan habiskan makananmu" sahut Jimin. Dia tak ingin meneruskan topik yang tiba-tiba ngelantur begini.
"Aku tidak sedang bercanda!" balas Rose. Jimin hanya menghela nafas. Dirinya tahu jika Rose memang sedang tidak bercanda. Tapi Jimin juga lebih dari serius. Hubungan pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah dilontarkan tanpa pertimbangan yang matang.
Hanya saja apa yang dicelutukkan Rose membuat Jimin terhenyak. Menikah. Tentu saja satu menikah akan membuat Jimin terikat dengan satu wanita diatas komitmen bersama. Benar-benar bukan sesuatu yang bisa dibuat mainan.
Namun, ia teringat dengan apa yang Lusi katakan padanya untuk tidak menyia-nyiakan perempuan yang tulus mencintainya. Bagaimana dengan perasaan Jimin? Haruskah Jimin mengikat wanita lain? Dia mencintai Lusi dan bukankah Lusi juga mencintainya?
Kemudian terbersit niat. Jimin tertegun dengan sebuah ide yang tiba-tiba datang padanya.
"Aku tak bisa melihat seorang wanita melamar laki-laki seperti ini. Aku yang akan melakukannya dengan baik. Aku akan melamarnya. Aku benar-benar berharap inilah yang benar-benar kau inginkan, Lus" batinnya.
"Aku akan menikahi wanita yang aku cintai dan mencintaiku" sahut Jimin serius. Rose tercengang.
"Memangnya kau yakin jika Lusi mencintaimu seperti aku mencintaimu?" Rose masih belum bisa menerima kenyataan jika Jimin menolaknya. Jimin mengangguk.
"Dia tak pernah tidak mencintaiku" jawabnya.
"Dari mana kau tahu?"
Jimin tersenyum. Selain dirinya mendapat semua informasi dari Chaerin, dia begitu percaya jika wanita itu masih sangat mencintainya. Bukannya terlalu percaya diri, tapi Lusi yang memberikan semua bukti lewat perlakuannya kepada Jimin, bagaimana Lusi menyelamatkan Jimin, bagaimana wanita itu berjuang untuk dirinya.
"Percaya atau tidak, dua orang yang saling mencintai dan berjuang untuk cinta mereka, takdir akan membawa kabar baik untuknya. Aku tak pernah mendapatkan keyakinan sekuat ini sebelumnya, tapi aku percaya jika bahagiaku adalah Lusi" balas Jimin.
Rose menghela nafas. Jujur dia muak seperti ini. Tidak ingin berbohong jika Jimin memang sangat mencintai wanita bernama Lusi. Semua yang Rose lakukan untuk mengalihkan perhatian Jimin ternyata sia-sia.
"Jika kau memang sedalam itu mencintainya, kenapa kau bahkan tak melamarnya?" pertanyaan Rose membuat Jimin tersenyum.
"Aku akan melamarnya setelah proyek ini selesai"
Rose tersenyum miring.
"Dan pada saat itu dia mungkin sudah menikah dengan orang lain" balasnya asal.
"Yah, kita lihat saja nanti. Aku hanya bisa mempercayai cintaku untuknya dan cintanya untukku. Jika dia memang memilih kebahagiaan lain, aku tak masalah. Akan tetapi jika dirinya masih menunggu diriku, aku bersumpah tak akan melepaskannya lagi" lagi-lagi jawaban Jimin membuat Rose teriris. Ternyata dirinya memang telah kalah sedari awal.
Mencari tahu tentang Lusi dan semua latar belakangnya untuk mencari kekurangan wanita itu dibanding dirinya, justru membuat Rose semakin terpuruk. Lusi tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Rose. Tapi sepertinya, Rose tidak tahu apa yang telah Lusi lakukan sehingga pria tampan di depannya ini telah jatuh sedalam itu padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
Roman d'amour[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...