Their Black Wedding

865 92 39
                                    


Ulang tahun almarhum kakek Taehyung sudah terlewat, persiapan pernikahan Soeun dan Taehyung semakin gencar dilakukan. Undangan juga telah disebar. Meskipun sampai sekarang hati Soeun masih memberontak untuk menolak pernikahannya, tidak ada yang bisa dia lakukan. Soeun tidak bisa mundur lagi.

"Aku harus menghadiri pernikahan Lusi dan Jimin" ucap Soeun sembari menyesap green tea yang tadi dia pesan di kafetaria rumah sakit.

Laki-laki tampan di depannya ini membuka matanya lebar. Selama ini dirinya tak tahu menahu mengenai kabar kedua temannya. Pergerakannya begitu terbatas, dia tak bisa mencari informasi apapun mengenai Jungkook ataupun Jimin. Kini dirinya mendengar jika Jimin akan menikah dengan Lusi, gadis yang pernah dihamilinya dulu.

"Kau bilang apa? Jimin?" Taehyung memastikan pendengarannya. Soeun menghela nafas. Dia rasa, ada baiknya Taehyung tahu soal Jimin. Sepertinya laki-laki ini memang 'merindukan' sosok teman-temannya.

"Iya, Park Jimin. Dia akan menikah dengan Lusi. Aku harus pergi ke Gwangju untuk menghadiri undangan" jawab Soeun setelah meletakan cangkirnya.

Taehyung mengerjabkan matanya, masih dengan keterkejutannya. Telinganya tidak salah mendengar dan Soeun tidak mungkin berbohong dengan dirinya bukan? Jika tidak berbohong mengapa Jimin dengan sombong tidak mengundangnya? Tidak memberitahunya?

Dia hendak marah, tapi sadar jika Jimin juga tak mungkin menghubungi Taehyung. Jikapun dia mengirimkan surat undangan, pasti sudah dihancurkan oleh para kaki tangan 'Kim'. Tapi, ada kemungkinan gadis di depannya ini berniat buruk bukan? Berniat ingin kabur?

"Apakah kau berniat ingin mengacaukan pernikahan kita? Kau ingin melarikan diri?" tuduh Taehyung.

Soeun tersenyum congkak.

"Sebegitu takutnya kau kehilangan diriku? Wah, aku tersanjung" sahutnya sarkas.

Kini giliran Taehyung yang terkekeh. Takut kehilangan Soeun? Jangan bercanda. Justru Soeun akan kehilangan dirinya sendiri jika berani berlaku macam-macam dengan dirinya.

"Kau pikir kau siapa? Bahkan aku bisa saja membuangmu kapan saja aku mau" balasnya yang membuat Soeun geram.

"Jadi kau memang tidak serius dengan pernikahan ini, kenapa kau harus membuang-buang waktumu untuk hal seperti ini? Kau bisa mendapatkan segudang wanita yang kau mau. Kita hentikan saja" Soeun membangun argumen. Meskipun mustahil, tapi siapa tahu, laki-laki di depannya ini bisa berubah pikiran.

Kini Taehyung tertawa cukup keras. Gadis di depannya ini mungkin memang bodoh. Taehyung tak akan melakukan ini jika dirinya tak mendapat sesuatu yang menjadi kesenangannya.

"Tidak Soeun, justru ini yang lebih menarik. Aku tak akan rugi karena dirimu juga mempertaruhkan seluruh hidupmu bukan? Permainan akan menjadi semakin menarik. Kau tak akan bisa berbuat apapun" Taehyung membuka kartunya, membuat Soeun semakin terpuruk dalam deritanya.

Ternyata benar, Taehyung melakukan ini hanya untuk menghancurkan Soeun. Rasanya dia ingin berteriak, mencaci, memaki dan melakukan apapun untuk membunuh Taehyung. Tapi dia masih waras, masih bisa memikirkan dampak besar yang bisa dilakukan oleh keluarga Kim. Satu-satunya alasan Soeun memutuskan untuk jatuh dalam permainan ini hanyalah keselamatan ayah dan kakaknya.

"Aku tak peduli dengan apapun yang kau pikirkan. Aku tetap akan pergi ke Gwangju. Terserah kau jika ingin membunuhku. Itu lebih baik dibandingkan harus hidup bersamamu" Soeun beranjak dari tempat itu, pergi dari kafetaria dengan sejuta luka yang baru saja ia dapat.

Sungguh ia menyesal karena telah menghancurkan dirinya sendiri. Sedari awal datang ke rumah sakit ini adalah sesuatu yang salah. Maka takdirnya semakin memburuk setibanya dia di sini. Sayang sekali, semuanya sudah terjadi. Mau tidak mau dia juga harus menyiapkan senjata perangnya. Mungkin Taehyung bisa mengekang hidupnya sekarang, tapi dia pastikan laki-laki itu tak akan pernah bisa memiliki hatinya.

Women Addict [M] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang