Yang lagi ada kewajiban puasa, mending bacanya pas buka puasa nanti. Bijaksana sama diri sendiri, oke? Yang jumawa kuat, baca kapan aja silahkan.
Mereka berdua ada di dalam kamar Soeun, setelah wanita itu berhasil membuat Taehyung menurut untuk pergi bersamanya. Tentu saja Suga tidak ikut campur. Sudah berjanji pada adiknya untuk menghormati keputusannya sekalipun ia ingin kembali dengan Taehyung—namun tetap dengan banyak catatan.
Taehyung hanya diam, menunggu dengan patuh di meja makan. Meja makan yang dulu pernah menjadi kenangan manis dirinya. Tentu ia ingat di mana ia sekarang meskipun beberapa dekorasi telah berubah. Kehangatan di kamar ini tetap tidak berubah.
Terlebih saat ini dia melihat Soeun yang tengah sibuk di dapur—memasakkan makanan untuk dirinya. Aroma harum mampu memancing rasa laparnya kembali. Bersamaan dengan itu, netranya masih berair. Tenggelam dan buram karena genangan air mata.
Meskipun senang namun sisi lainnya tetap egois menganggap bahwa Taehyung tak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini. Dosanya terlalu banyak, terutama pada wanita yang tadi memeluknya, menangis di depannya dan mengatakan bahwa ia telah memaafkan dirinya. Jika memang harus bertemu Soeun, sesungguhnya dia ingin dalam keadaan yang lebih baik. Bukan ketika ia dalam kondisi paling rendah.
"Makanlah" Soeun menyodorkan piring berisi makanan yang memang menggiurkan untuk di makan.
Taehyung tidak akan mengatakan bahwa dia sudah kenyang atau apapun yang membuatnya tidak memakannya—karena merasa tidak pantas. Perutnya benar-benar menukik sehingga kini tangannya sudah meraih sumpit.
"Terima kasih" lirihnya. Soeun tetap bisa mendengarnya.
Taehyung bergerak. Ia mulai menyantap makanan yang begitu lezat itu. Soeun hanya memperhatikannya dengan prihatin. Benarkah pria kumal yang berada di depannya ini adalah si Kim Taehyung yang tersohor karena semua kekuasaan dan hartanya? Hidup memang seperti roda berputar bukan? Dan sebagai istri, dirinya sadar bahwa Taehyung membutuhkannya untuk bangkit seperti dirinya yang sesungguhnya juga membutuhkan Taehyung untuk pulih.
Pikiran konyol memang. Mengingat bagaimana Soeun begitu membenci Taehyung dan semua perjanjian mereka yang ingin saling menghancurkan. Salahkan saja kehamilan Soeun. Anaknya protes untuk tidak dipisahkan dari orang tuanya.
"Habiskan makananmu. Aku akan keluar sebentar menemui kakakku" ujarnya saat harus melakukan sesuatu. Taehyung tak banyak bertanya. Tetap menurut dan menghabiskan makannya.
Soeun memengang kata-katanya. Dia cepat kembali ke kamar persis saat Taehyung menlahap suapan terakhirnya.
"Kau sudah selesai?" tanya Soeun. Taehyung mengangguk canggung.
Kepalanya kembali pada kejadian malam itu. Taehyung kini beranjak dari kursi. Hendak pergi dari sana karena sadar bahwa Soeun pasti sangat terganggu dengan keberadaannya. Soeun membencinya dan itu kenyataan yang teramat pahit. Meskipun Soeun mengatakan bahwa ia telah memaafkan dirinya, Taehyung cukup tahu diri untuk tidak bergantung pada Soeun saat ini. Terlalu memalukan.
"Aku... aku akan segera pergi" ucap Taehyung yang masih menunduk. Tidak berani sedikitpun memandang Soeun. Merasa sangat tidak pantas. Sungguh mendapatkan maaf saja sudah cukup baginya sekarang.
Taehyung hendak pergi, tapi tangan Soeun lebih dahulu menahannya.
"Tidak boleh ke mana-mana. Tetaplah di sini" tegas Soeun yang membuat Taehyung begitu terkejut dna bingung dalam satu waktu.
"Kenapa?" Taehyung tak mengerti. "Aku sudah menghancurkanmu. Tidak peduli status yang melekat padaku sebagai suamimu. Aku tidak pantas untuk bersanding dengan dirimu lagi" mungkin tenanganya sudah terisi penuh karena makanan tadi. Taehyung menjadi sedikit banyak bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
Romance[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...