"Hei!"
"Hei, bangun!"
Laki-laki itu mengernyit. Merasa terganggu dengan guncangan dan suara orang yang membangunkannya. Akhirnya ia membuka matanya dan duduk sembari mengumpulkan segenap kesadarannya.
"Ckckck... jaman sekarang, kenapa masih ada gelandangan?" cibir orang itu.
Meskipun Jimin masih mengantuk, tapi rungunya masih dengan jelas mendengar hinaan yang ditujukan padanya. Dirinya tidak marah. Ini kenyataan pahit yang harus ia alami lagi. Dia memang telah menggelandang sekarang.
"Anak muda, sepertinya kau benar-benar tidak punya tempat tinggal ya?" tanyanya tiba-tiba.
Jimin yang sudah bangkit hanya mengangguk kemudian ia meminta maaf karena tidur di depan tokonya. Kau percaya keberuntungan? Jimin percaya. Di setiap detik kau menerima masalah, ketika kau memaafkan dirimu, bersabar dan tidak menyerah, maka keberuntungan akan segera datang padamu.
"Kau memiliki pekerjaan?" tanyanya.
Jimin menggeleng. Tentu saja ia tak punya. Ia telah dipecat dari pekerjaannya tiga empat hari yang lalu.
"Kau ingin bekerja denganku? Menjaga toko sparepart mobil ini. Karyawanku baru saja mengundurkan diri kemarin lusa. Aku belum mendapatkan gantinya"
Tentu saja Jimin menerimanya dengan dua kali anggukan. Siapa yang akan menolak? Jimin benar-benar butuh pekerjaan. Dia tak perlu berpikir dua kali untuk menerima pekerjaan ini. Apapun itu, asalkan masih pekerjaan yang baik, dia akan menerimanya.
Akhirnya Jimin mendapat ganti pekerjaannya. Terlebih sang pemilik toko, yang ia ketahui bernama Hyo, mengizinkan Jimin untuk tinggal di dalam toko—sekaligus untuk menjaga toko di malam hari. Ia menerimanya dengan senang hati.
"Terima kasih, Paman" ucap Jimin setelah mendapat pengarahan soal seluk beluk sparepart mobil di tokonya.
"Haha, aku tak menyangka kau benar-benar belajar cepat. Apakah sebelumnya kau pecinta mobil?" tanya Paman Hyo yang takjub dengan kecerdasan Jimin. Jimin tersenyum dan mengangguk.
Dia memang menyukai mobil sejak dulu—di samping ia bejat menyukai lubang perempuan—jadi bagian-bagian mobil yang jenisnya bermacam-macam, bahkan sampai merk dari yang paling rendah kualitasnya hingga terbaik, Jimin tahu.
Hari itu juga, Jimin bekerja. Betapa senangnya dia. Ternyata setelah pertemuannya dengan Lusi, setelah mengutarakan penyesalannya, membuat keberuntungan baru untuk dirinya. Yang lebih menyenangkan lagi, toko tempat ia bekerja, tidak jauh dari toko bunga milik Lusi.
Jimin menghentikan senyumannya. Ia menggeleng. Ia cukup tahu diri untuk tidak berharap lebih. Lusi memang sudah memaafkan dirinya, tapi lebih baik Jimin menjauh dari hidupnya sekarang. Tak perlu berandai-andai memiliki hubungan yang baik dengan Lusi. Wanita itu sudah memaafkannya dan hal itu cukup untuk Jimin.
Dua minggu berlalu. Paman Hyo tidak salah mempekerjakan Jimin. Tokonya menjadi ramai pembeli. Bagaimana tidak? Jimin yang memang menguasai perihal barang-barang 'permobilan' membuat para pelanggan kagum dan puas. Ia selalu membantu para pembeli untuk membeli barang yang sesuai. Ia jujur membicarakan tentang kelebihan atau kekurangan dari benda-benda yang dijualnya.
Bukannya membuat rugi, justru para pembeli senang dengan kejujuran Jimin. Jika barangnya tidak bagus, Jimin akan mengatakannya tidak bagus. Jika barangnya baik, dia akan mengatakan bahwa barang itu baik. Terang saja Paman Hyo sangat senang. Dalam dua minggu iya bisa menghasilkan keuntungan yang lumayan.
Maka malam harinya, laki-laki paru baya itu mengajak Jimin makan malam keluar. Dengan senang hati Jimin menerimanya. Lagipula, kata sang paman, Jimin akan mendapatkan gajinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
Romance[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...