Bona perlahan membuka matanya. Ia mengernyit dan mengerjab beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk ke korneanya. Ia melihat keadaan sekelilingnya. Tentu ia sadar bahwa ia sedang berada di rumah sakit. Insiden penembakan itu memang dialami oleh Bona.
Ia ingin menggerakkan tangannya, akan tetapi sepertinya ada sesuatu yang menindihnya. Bona melirik tangan kanannya. Ia dapati seseorang yang tegah terlelap di sana. Bona mengernyit memastikan netranya benar menangkap apa yang dia lihat.
Jeon Jungkook?
Maka gerakan tangan Bona sukses membuat laki-laki itu terbangun. Dia lantas membuka matanya lebar saat melihat kedipan mata Bona. Wanita itu sudah sadar. Senyum haru mengembang sebelum akhirnya dia memencet tombol khusus untuk memanggil dokter.
"Kau baik-baik saja?" tanya Jungkook yang semakin erat mengenggam tangan Bona. Bona tak tahu apa yang terjadi. Kenapa laki-laki ini di sini? Tapi meskipun kepalanya berat, dia mengangguk. Dia baik-baik saja.
"Apakah kau bodoh? Bagaimana kau bisa melakukan hal berbahaya seperti ini?" apakah sekarang Jungkook sedang berusaha memarahinya? "Sungguh aku takut kehilanganmu, Bona-ya" lanjutnya.
Bona mengerjab. Kepalanya masih terlalu berat untuk mencerna apa yang Jungkook utarakan. Takut kehilangan Bona? Bukankah mereka memang sudah tidak saling memiliki? Sudah saling kehilangan bukan?
Dokter datang, Jungkook segera menyingkir untuk memberikan ruang. Usai mengecek keadaan wanita itu, sang dokter tersenyum. Meskipun belum mendengar apa yang dokter ucapkan, Jungkook memiliki kelegaan tersendiri.
"Nona Song baik-baik saja. Kami akan tetap melakukan pengecekan untuk memastikan tidak ada yang perlu dikhawatirkan" ucap sang dokter. Jungkook mengangguk. Tentu saja semuanya harus dipastikan. Tidak ada yang boleh terlewat begitu saja. Laki-laki itu memastikan bahwa Bona mendapatkan perawatan terbaiknya.
Dokter keluar dan Jungkook kembali menghampiri Bona. Ia duduk di samping ranjang pasien itu dan menautkan jemarinya pada jemari Bona. Jungkook menatap Bona sebelum akhirnya menjatuhkan sebuah kecupan manis di pipi wanita yang kini terkejut.
"Kau akan baik-baik saja" ucap Jungkook.
Lagi-lagi Bona hanya bisa mengangguk. Tak tahu ingin berbuat apa atau mengatakan apa. Beberapa bagian tubuhnya masih mati rasa. Akhirnya dia memutuskan untuk memejamkan mata kembali. Ia ingin istirahat. Kehadiran Jungkook di sisinya saat ini membuat hatinya sedikit memburuk. Banyak hal yang menjadi ganjalan wanita itu, terutama rasa bersalah.
.
.
.
.
.
Konsidi Bona jauh lebih baik. Wanita itu lebih cepat pulih dibandingkan perkiraan sebelumnya. Kini beberapa alat yang memonitori kondisinya sudah dilepas. Dia bahkan sudah bisa duduk dan berjalan-jalan di kamarnya.
Itu memang kabar yang sangat bagus. Perkembangan kondisi Bona benar-benar melegakan. Hanya saja itu tidak berlaku untuk Bona. Dia masih tidak nyaman dengan kehadiran Jungkook yang tak pernah absen setiap harinya. Untuk apa laki-laki itu melakukan semua ini untuk Bona.
Bahkan dengan suka rela, Jungkook memaksa Bona untuk menyuapi gadis itu. Padahal tangan Bona baik-baik saja dan bisa makan makananya sendiri.
"Sebenarnya apa maksudmu melakukan semua ini padaku, Jungkook?" tanya Bona setelah menolak disuapi untuk yang kesekian kalinya.
"Tidak ada maksud tertentu" jawab Jungkook yang masih keukuh menyuapi Bona. Bona menggeleng. Menyingkirkan tangan Jungkook pelan.
"Jika kau hanya merasa bersalah, maka berhentilah Jungkook. Jika kau hanya merasa berhutang budi, maka berhentilah" ucap Bona. Jungkook menurunkan tangannya, menatap wanita yang sekarang sedang berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
Romance[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...