Bona kehilangan dirinya. Bahkan ketika penghulu menuntun mereka untuk mengambil sumpah, dirinya tidak ada di sana. Pikiran dan hatinya seolah tercecer tak beraturan. Apa yang terjadi dengan dirinya? Apakah ia mengalami halusiasi sekarang?
Ini nyata. Meskipun dia benar dalam mengatakatan, ia masih tidak percaya jika yang dia alami adalah nyata. Apakah ini lelucon? Lelucon macam apa lagi yang digariskan dalam takdirnya?
"Kau boleh mencium istrimu, Tuan" ucap sang pendeta.
Mata Bona berkaca-kaca ketika tangan laki-laki yang menjadi suaminya mengangkat tudung transparan yang menutupi wajahnya. Perlahan, tangan itu menyentuh pipinya dan menghapus jejak air mata di sana. Bona tersentak lantas ia menatap laki-laki di depannya ketika dagunya diangkat.
"Aku mencintaimu, Bona-ya" ucapnya sebelum menyatukan kedua pasang katub mereka.
Ciuman paling lembut yang pernah Bona rasakan. Sebuah ciuman yang sangat ia rindukan. Terasa lebih nyata dan hangat dibandingkan yang ia rasakan sebelumnya. Tidak ada rasa takut atau khawatir lagi saat merasakannya.
Tepuk tangan mengiringi keduanya hingga tautan mereka terlepas. Perlahan mata Bona terbuka. Sekali lagi ia tatap laki-laki yang telah sah menjadi suaminya. Dirinya memang tidak sedang bermimpi atau berhalusinasi. Netranya kembali berkaca-kaca.
"Apakah kau sedang mempermainkanku sekarang? Lelucon macam apa lagi yang kau ciptakan dalam hidupku, Jeon Jungkook?"
Matanya sama sendunya dengan Bona. Hanya saja kini berganti dengan tatapan haru yang mendamba menatap Bona. Ia mendapatkan apa yang dia mau. Kini sesuai dengan sumpah yang telah ia ucapkan pada langit, dia akan membahagiakan sang istri.
"Tidak! Ini bukan lelucon. Kau benar-benar menjadi istriku sekarang" jawab Jungkook kemudian melayangkan kecupan di kening Bona.
"Kau—"
"Ssttt... kita bahas nanti, tamu undangan sudah menanti kita" potong Jungkook. Laki-laki itu kini sudah berada di bawah altar kemudian mengulurkan tangan pada Bona untuk membantunya turun "Kita akan membahas ini nanti. Aku akan menjelaskan semuanya padamu" sambung Jungkook.
Bona tak ada pilihan lain. Ia menerima uluran Jungkook dan turun dari altar untuk menemui tamu. Banyak sekali pertanyaan yang ada di dalam benaknya. Sangat banyak hingga rasanya dia ingin meraung melepaskan segala isaknya.
Orang tua Bona menghampiri mereka. Tersenyum penuh haru menyaksikan bagaimana putri mereka satu-satunya sudah menjadi milik orang lain. Bona hanya terdiam. Tidak tahu harus bersikap seperti apa pada orang tuanya, terutama sang ayah. Bahkan ia tak peduli dengan segala janji Jungkook yang laki-laki itu lontarkan pada kedua orang tuanya.
"Bonaku" sang ayah menyeka air matanya, kemudian memeluk putrinya dengan erat. "Putri Ayah yang sangat cantik"
Sekali lagi air mata Bona tumpah. Dia menangisi dirinya sendiri yang terlalu menyedihkan. Ia sampai tidak tahu harus merasakan apa di hari pernikahannya. Begitu banyak gejolak amarah, kecewa, bingung, sedih dan juga lega.
"Aku tahu kau banyak menyimpan emosi dalam hatimu, Sayang. Tapi percayalah, kami melakukan ini untuk kebahagiaanmu" ucap sang ayah.
"Apakah aku hanyalah sebuah boneka?" sahut Bona. Ayahnya melepas pelukannya. Ia menggeleng menolak pertanyaan Bona.
"Tidak! Tentu tidak! Kau putriku yang paling berharga" jawab ayahnya. "Ayah hanya memikirkan kebahagiaanmu. Kau sendiri yang mengakuinya jika kebahagiaanmu adalah Jungkook"
Deg
Kata-kata yang dilontarkan ayahnya kini memukul mundur Bona. Bagaimana ayahnya bisa mengatakannya? Bahagia Bona adalah Jungkook?
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
Romance[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...