Sudah hari ketiga—setelah peristiwa tidak mengenakkan di toko bunga—Lusi teramat serius mengerjakan pekerjaannya. Pesanan memang banyak, tapi ia kelewat serius. Serius dalam bekerja memang bangus dan patut diapresiasi. Sayangnya hal itu justru membuat seseorang merasa bersalah. Lusi yang tadinya riang dan ramah menjadi pendiam.
"Eonni... ini diletakkan di mana?" tanya Chaerin sembari membawa bunga krisan segar.
"Taruh di meja saja" sahut Lusi tanpa menatap Chaerin sama sekali. Chaerin merasakan perubahan itu. Apakah wanita itu sedang marah padanya?
Chaerin meletakkan bunganya di tempat yang ditunjukkan oleh Lusi. Gadis itu memandang Lusi cemas. Ini hari ketiga Lusi cuek padanya.
"Kak Luna..." panggil Chaerin yang tidak digubris oleh Lusi. "Kak Luna... maafkan aku" sesal Chaerin.
Lusi menghentikan aktivitasnya. Dia sebenarnya juga tidak tega dengan gadis yang sudah dianggap seperti adiknya sendiri. Hanya saja, Lusi geram dengan tingkahnya yang sangat ceroboh. Dengan hebohnya, Chaerin mengumumkan pada semua orang jika Lusi dan Hongyi berkencan. Tentu saja orang-orang di sekitar toko Lusi percaya dengan rumor itu. Terlebih mereka tahu jika Hongyi memang menyukai Lusi. Banyak yang mendukung dan mendoakan hubungan mereka—padahal Lusi sama sekali tidak mengiyakan untuk bersama Hongyi.
Wanita itu menghela nafas kemudian beranjak pergi. Chaerin membuntuti Lusi yang pergi ke gudang untuk mengambil kertas pembungkus buket bunga. Gadis itu benar-benar merasa bersalah.
"Kak Luna, maafkan aku" ulangnya.
"Memangnya apa salahmu? Kenapa minta maaf?" kini Lusi mengujinya.
"Karena—soal hubunganmu dengan Hongyi Oppa" sesalnya.
"Aku tidak memiliki hubungan dengan Hongyi Sunbae" sahut Lusi yang membuat Chaerin semakin terpuruk.
"Hik... maafkan aku" tangis Chaerin pecah. Baru pertama kalinya Lusi terlihat sangat marah padanya. Padahal selama ini, wanita di depannya selalu lembut. Semua kesalahan yang dilakukan Chaerin selalu ia maafkan, tidak pernah marah dengannya, tapi sekarang diamnya Lusi karena marah, membuat Chaerin takut setengah mati.
Lusi menghela nafas. Akhirnya Lusi merengkuh Chaerin. Tak seharusnya Lusi bersikap seperti ini bukan?
"Jangan kau ulangi lagi, Chaerin. Aku tahu kau memikirkan kebahagiaanku, tapi jika menyangkut perasaan, biarkan aku yang memutuskannya sendiri, okay?" tutur Lusi yang membuat Chaerin sedikit lega. Dia hanya bisa mengangguk lantaran isaknya yang semakin kencang.
"Ma-hik-maaf" ucapnya terenggal. Lusi menggeleng.
"Aku juga minta maaf telah bersikap buruk padamu. Aku harap kau tidak mengulangi kejadian ini" tegurnya.
Chaerin mengangguk sekali lagi. Lusi tersenyum. Akhirnya masalahnya terselesaikan.
Dia memang tidak seharusnya marah sampai seperti itu, tapi bagiamana lagi? Dia tak ingin memberikan harapan palsu bagi orang lain. Sungguh dia pernah merasakan bagaimana dilambung oleh angan-angan yang akhirnya membuat dirinya terluka.
Dia tak ingin orang lain mengalami apa yang dia alami. Dia tak ingin mencintai tapi orang yang bersamanya sama sekali tak mencintainya. Pun sebaliknya, dia tak ingin menjadi pelakunya. Hongyi memang mencintainya. Lusi mengakui jika ia tahu perihal itu. Akan tetapi, Lusi tak bisa berbohong jika ia tak memiliki perasaan apapun padanya.
Bukannya dia tak mau membuka hati yang baru. Justru Hongyi lebih pantas mendapatkan hati yang lebih baik. Bukan hanya hati Lusi yang telah rusak tapi kehormatannya juga sudah rusak karena kebodohannya dulu. Jika Hongyi tahu kebenaran kelam miliknya, apakah laki-laki itu masih sudi mencintainya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
Lãng mạn[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...