Bulan tampak lebih jelas, menemani seorang wanita yang tak bisa terlelap malam ini. Bukan karena dia tidak mau, namun entah mengapa hatinya sedikit cemas. Akhir-akhir ini dia lebih sensitif dibandingkan dengan biasanya. Padahal beberapa jam lalu, dia menghabiskan waktunya bersama Jimin namun rindu itu datang menyergap lebih cepat.
Bukan hanya rindu, tapi ada kekhawatiran yang menyelimuti. Beberapa kali dia menghubungi Jimin, namun tidak ada jawaban. Tentu saja pasti Jimin sedang terlelap dalam tidurnya.
"Lusi, lebih baik kau mencoba tidur sekarang. Jangan memikirkan hal yang tidak-tidak" ucapnya monolog.
Lusi beranjak dari balkon dan masuk kembali ke kamar, membaringkan tubuhnya dan mencoba untuk mengundang mimpi.
Wanita itu memang terlalu mempercayai Jimin. Semenjak resmi menjadi kekasihnya, Lusi tak menaruh kecurigaan apapun pada laki-laki itu. Terlebih, mereka beberapa kali melakukan hubungan yang lebih 'intens', menunjukkan bagaimana besarnya kepercayaan Lusi padanya.
Sayang seribu sayang. Yang dia percayai justru sedang berpesta salah satu teman perempuannya di sekolah. Laki-laki dengan marga Park itu sedang menyesap wine bersama dua orang perempuan yang menggelayut manja. Mereka tertawa mengobrolkan beberapa hal diiringi dentuman musik yang menghanyutkan para tamu pesta.
Jimin terkekeh pelan setelah membiarkan cairan merah yang sedikit pahit membasahi kerongkongannya. Dia menertawai dirinya yang sangat brengsek dan Lusi yang sangat bodoh. Bagaimana bisa wanita itu memiliki kepercayaan yang besar terhadap dirinya? Usai berhasil bersetubuh dengan Lusi, bagi Jimin, wanita itu sudah tidak ada artinya lagi—sudah tidak menantang.
Well, game itu memang sudah selesai dan Jimin sudah menjadi pemenangnya. Seharusnya Jimin bisa langsung membuang Lusi begitu saja. Namun dia tidak bisa karena ada satu hal lagi yang harus dia selesaikan, sebelum meninggalkannya.
"Jim, bukankah kau sudah berjanji bahwa kau milikku malam ini dan besok?" Dahyun, wanita cantik yang menyukai Jimin melipat tangannya memberikan tatapan intimidasi pada dua orang perempuan di samping Jimin.
Jimin tersenyum kemudian meminta kedua perempuan itu untuk pergi. Setelah pergi, Jimin menepuk pahanya, memberikan isyarat agar gadis dengan rambut ombre itu duduk di pangkuannya. Perempuan itu tersenyum dan langsung merangkak di atas tubuh Jimin.
"Kali ini aku benar-benar tak akan melepaskanmu, Jimin" ucapnya. Jimin tergelak.
"Sure, Babe. I'm yours" sahutnya.
Dahyun tersenyum penuh kemenangan. Tanpa menunggu apapun lagi, mereka sudah saling melumat, menyalurkan hasrat untuk saling mendominasi.
"Kau tahu Jim, kalian bertiga berubah" ucapnya. Jimin mengerutkan kening sembari memberikan afeksi tersendiri untuk merangsang mangsanya.
"Berubah bagaimana?" Jimin balas bertanya.
"Enghhhh... apakah kalian memutuskan untuk tertarik pada satu orang saja?" sahutnya. Jimin tergelak lagi.
"Tidak ada yang berubah, Hon. Kami hanya bersenang-senang saja" jawab Jimin. Dahyun tersenyum. Benar! Tentu saja mereka hanya bersenang-senang untuk merebut keperawanan seluruh gadis di sekolahnya.
"Well, tidak sepenuhnya sih—ahhh... Jungkook sedang kemari tapi Taehyung tidak bisa aku hubungi" keluhnya.
Jimin mengerjab, mengeluarkan eluhnya—menutupi keterkejutannya. Taehyung tidak kemari? Ah.. tentu saja, laki-laki itu sedang berjuang memenuhi obsesinya. Jika tidak berhasil mendapatkan Soeun, dirinya pasti akan sangat terluka harga dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
Romance[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...