Hal yang menyedihkan di dunia ini adalah ketika menjadi seseorang yang diabaikan. Tidak diperdulikan sama sekali. Bahkan mungkin jika mati, tidak akan ada yang bersedih atau menangisi kepergiannya. Itulah yang sedang Taehyung alami.
Seperti yang dia mau, dunia membencinya. Pagi ini dia mendapatkan semprotan dari seorang bapak-bapak pemilik toko yang hendak buka. Taehyung semalam tidur di sana.
Nyaris kena pukul karena dikira pencuri. Maka dia pergi. Setelah semalaman dia menggigil kedinginan dan pilu. Terisak karena mendapati dirinya begitu dibenci oleh Soeun. Tak berhasil mendapatkan maaf dari wanita yang ternyata begitu dia cintai.
Meskipun terlambat mengakui, Taehyung menyadari dan tahu bahwa dirinya telah mencintai Soeun sedalam-dalamnya. Semenjak ia pertama kali bertemu Soeun, ketertarikan yang tidak biasa hingga menurunkan keangkuhan dirinya untuk menggendong seorang gadis untuk yang pertama kalinya.
Maka rasa itu mulai membesar saat tinggal bersama Soeun dan menjadi semakin membesar ketika dulu ia berciuman dengan gadis strawberrynya. Saat itu dia masih tolol tidak mengakui apa yang dia rasakan karena keyakinan yang membuatnya gengsi untuk menyerah dan menyadari bahwa prinsip yang dia pegang adalah salah. Sampai akhirnya dia kembali menyakiti Soeun dan terpisah dari gadisnya.
Taehyung tentu terpuruk. Kehilangan separuh jiwanya apalagi dirinya juga ditinggalkan oleh Jungkook dan Jimin. Mereka terpisah. Lalu langit mempertemukan mereka kembali. Soeun menjadi istrinya dan kedua partnernya menjadi sahabat bisnisnya. Semuanya tampak lebih baik sebelum Taehyung menghancurkannya lagi. Dia dipisahkan dengan mereka. Sendirian terluntang di dunia yang begitu kejam. Perutnya kosong, hatinya kosong dan harapannya juga kosong. Pantaskah Taehyung tetap hidup?
Ia terus berjalan. Ke sana kemari entah untuk apa. Seharusnya dia bersembunyi di suatu tempat, meringkuk di sana dan membiarkan dirinya mati bukan?
Hanya saja kakinya masih terus melangkah dalam kelaparannya. Ia ada di puncak keinginan untuk melahap nasi. Sungguh. Bahkan makanan yang di jual pinggir jalan begitu menggiurkan baginya, padahal biasanya ia menyantap makanan dari koki terbaik.
"Yak! Pergi sana! tidak ada makanan gratis untuk pengemis sepertimu!" pekik salah satu pedagang sembari menggerakkan tangannya untuk mengusir Taehyung.
Dan laki-laki itu pergi kembali dengan perut kosongnya. Sungguh dia ingin makan. Ini sudahhari ke-4 perutnya tidak di isi. Hanya minum air saja, itupun mencuri air dari keran air di tempat-tempat tertentu.
Terik berganti senja. Senja berganti malam. Dia berjalan ke sana ke mari tanpa hasil apapun. Fisiknya mulai melemah. Ia lelah dan lapar. Bahkan sempat tersemat untuk mengemis atau mecuri. Hanya saja, dia tak akan melakukan itu bukan? Tapi mungkin, mengemis adalah opsi yang lebih baik.
"Tidak ada makanan untukmu! Enak saja kau meminta gratis! Pergi sana!" untuk yang kesekian kalinya Taehyung diusir. Diumpati bahkan dia didorong hingga terjerembab. Orang yang melihatnya hanya melewatinya begitu saja. Sama sekali tidak memiliki empati.Kembali sial, saat hendak berdiri, ia menubruk orang lain. Membangkitkan amarah yang ditabraknya. Merasa jijik karena gembel ini mengotori pakaian mahalnya. Maka ia meminta anak buahnya untuk menghajar pengemis ini.
Melawan? Tentu saja tidak bisa. Bahkan ketika tubuhnya ambruk, dia hanya bisa meringkung dan meringis menahan sakit ketika menerima pukulan dan tendangan bertubi-tubi.Apakah sekarang aku akan mati?
.
.
.
.
.
"Soeun-ah, aku mohon berpalinglah padaku. Aku mencintaimu"
Soeun mengehela nafas. Ia menyandarkan kepalanya di kursi penumpang ketika mengingat apa yang Seokjin katakan tadi siang. Mereka bertemu saat istirahat dan Soeun tak menyangka mendapat pernyataan demikian oleh Seokjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Women Addict [M] [End]
Romance[Complete] Apa jadinya jika seorang gadis yang masih "murni" harus terjebak dalam SMA Helios yang penuh dengan orang-orang dengan pergaulan bebas? Bagi Soeun yang mendapatkan beasiswa, dia harus berjuang mempertahankan harga dirinya hingga lulus dar...