56. Fall In Love

4.9K 162 17
                                    

Devlin dan Austin sama-sama tersenyum menyambut kedatangan Senta. Gadis itu tampak linglung dengan kehadiran ‘dua sosok’ yang duduk dimeja yang sama dengan adiknya, Sophie.


“Duduklah, kami sudah menunggumu.” ucap Devlin ramah seraya mempersilahkan Senta untuk duduk dikursi sebelah gadis kecil.

“Ah,” Senta mengerjapkan mata beberapa saat kemudian duduk dengan kaku. “Terima kasih.”

“Hey! Jangan terlalu tegang begitu, kami tidak akan memakanmu.” sambar Austin mendapati pelototan oleh Devlin.

Sophie tertawa. Ia menyengir kearah kedua orang didepannya. “Harap maklumi kakakku, dia adalah orang yang kaku.”

Austin menutup mata sejenak seraya menganggukkan kepala. “Pantas saja dia seperti patung sejak tadi melihat aku disini.” Alisnya naik turun untuk menggoda. “Apa ketampananku membuatmu terpana, Nona?”

Tak mengira jika pertanyaan tersebut dilontar kepadanya, Senta menggaruk pelipisnya bingung lalu meringis. “Uhm-”

Tap. Devlin memegang pundak Austin seraya menatap Senta dan Sophie dengan senyum paksa. Namun tangannya mulai meremas pundak Austin hingga pria itu meringis tak karuan.

“Jangan dengarkan bualan konyolnya itu, Senta.” kata Devlin tanpa mengurangi siksaan pundak pada Austin.

Senta dan Sophie terkekeh, sementara Austin sudah mencak-mencak di kursinya.

Wajahnya menghadap kearah Devlin, memasang ekspresi seperti orang yang teraniaya membuat Devlin mendengus.

“Sakit, sayang..” rengek Austin setelahnya Devlin menarik kembali tangannya, mengabaikan Austin yang mulai melakukan kekonyolan.

“Apa kalian berdua berpacaran?”

Pertanyaan itu meluncur dari bibir Senta. Devlin menaikkan sebelah alisnya lalu tertawa sinis. “Never. Aku tidak sudi mempunyai kekasih konyol seperti manusia disampingku ini.” menunjuk pada pria netra abu-abu.

Merasa tersindir, Austin menggembungkan pipinya. Di mata Senta, pria itu terlihat tampan dan menggemaskan tetapi beda pula jika ditatap oleh Devlin. Gadis itu berdecih lalu menatap Sophie.

“Kau tidak pernah menganggapku kekasih.” kata Austin sedih.

Sophie menepuk punggung tangan yang ada diatas meja sehingga Austin menatapnya. “Tenang saja jika dia bukan kekasihmu Paman, nanti Kakak cantik itu akan jatuh cinta padamu. Mungkin tidak sekarang.”

“Kau mendukungku, manis?” tanya Austin antusias seraya menggenggam tangan Sophie.

Sophie mengacungkan ibu jarinya seraya menyengir lebar. “Tentu saja!”

“Baiklah, baiklah terserah dirimu saja, Sophie.” Devlin mengangkat tangan bukan bermaksud mengalah. “Ayo kita rayakan karena Kakakmu sudah datang.”

“Ayo!” Sophie merubah ekspresinya menjadi lebih girang. Ia menatap ketiga orang didepannya penuh haru.

Senta menatap Sophie hangat lalu mendorong kuenya ke hadapan gadis kecil itu. Devlin mengambil bungkusan lilin dan membukanya lalu menancapkannya ke kue tersebut sedangkan Austin menyalakan pematik apinya.

The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang