Dua puluh

111 8 0
                                    

Disinilah mereka sekarang. Di rooftop ya setelah kejadian tadi rio langsung mengajak aurel ke rooftop untuk menenangkan emosinya.

Rio langsung saja duduk di pinggir rooftop tanpa memperhatikan aurel yang sedari tadi melihatnya. Tak dapat dipungkiri, aurel benar benar takut sekarang. Dia takut rio marah karena kejadian tadi.

"Rio"cicitnya pelan dengan pandangan yang masih menunduk melihat ke sepatunya.

"Rio jangan marah ya"

"Kalo ngomong liat orangnya aurel"ucapnya setelah sadar bahwa aurel sedikit takut dengannya.

Aurel yang mendengar itu langsung mendongakkan kepalanya lalu lalu matanya bertabrakan dengan netra rio yang sangat meneduhkan.

Cukup lama mereka bertatapan hingga suara rio memecahkan keheningan.

"Kenapa bisa sama dino tadi"tanyanya lembut juga dengan mengelus pipi aurel yang ada di sebelahnya. Dia sebenarnya masih emosi, tapi dia tidak mungkin membuat aurel takut bukan.

"Em tadi dia yang ngajakkin aurel"jawabnya pelan lalu menundukkan kepalanya. Rio yang mendengar itu menghela nafas.

"Lain kali jangan mau ya"dan mendapat anggukan dari aurel yang tentunya menbuatnya terkekeh ringan, entah kemana perginya rasa marah tadi.

"Rio ga marah lagi kan"tanya aurel was was. Sumpah deh aurel paling ga bisa kalo rionya ngambek.

"Engga sayang, tapi jangan diulangi lagi"

"Ih siapa juga yang mau ngulangi, orang itu kakel ngeselin, songong, sok kecakepan pula aurel ga suka"omelnya dengan wajah yang terlihat marah tetapi justru terlihat imut di mata rio.

"Ya makanya lain kali jangan mau ya"

"Siap bos"jawabnya tak lupa dengan tangan yang hormat di kepalanya, lagaknya sedang baris berbaris.

Rio yang melihat itu dibuat gemas. Kenapa aurelnya ini semakin hari semakin menggemaskan.
Jadi pengen bawa pulang.

"Rio kenapa senyum senyum sii"tanya aurel bingung dengan kelakuan rio. Dan ya pertanyaan dari aurel tadi langsung saja membuyarkan rio dari lamunannya.

"Gapapa sayang, kamu cantik"ucapnya yang membuat pipi aurel merona. Dan langsung saja aurel menutupi mukanya dengan kedua telapak tangannya.

Rio semakin tertawa melihat itu. Lalu suara pintu dibuka dengan paksa, ralat bukan dibuka tetapi didobrak membuatnya mengalihkan pandangannya.

"Ck disini rupanya"ucap seseorang dengan senyum smirknya.

"Ngapain lo disini"dengus rio dengan tangannya yang mengepal.

"Gue mau buat perhitungan sama kalian, terutama lo"ucapnya menunjuk aurel.

"Maksud lo apa"saut aurel kesal. Sungguh dia benar benar benci dengan kakak kelas tengilnya ini. Ya orang yang dimaksud aurel adalah dino.

"Gue mau buat perhitungan sama lo, karena lo udah permaluin gue tadi"sahutnya menggebu gebu. Jangan lupakan antek anteknya yang sedari tadi memandangi aurel dari atas sampai bawah, membuatnya risih.

"Oh yang gue bilang lo jelek"tanyanya santai dengan alis terangkat satu. Dino yang melihat itu semakin emosi.
Ini bocah ngeselin banget.

"Apa lo liat liat"sentaknya pada teman dino yang tak dia tau namanya. Lagipula dia memang tidak ingin mengenalnya.

"Udah lah, ga usah banyak bacot, terus mau lo apaan"rio sungguh menahan kesalnya sekarang. Maksudnya apaan sih, dateng dateng tanpa salam eh malah mancing emosi. Itu juga ngapain liat liat aurel hufft.
Pengen gue congkel matanya.

Opportunité || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang