Empat puluh tiga

72 2 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Tapi kedelapan anak manusia ini masih terdiam di tempatnya.

"Kuyy pulang"celetuk putra yang sudah tak tahan akan keheningan yang tercipta diantara mereka.

"Kuyy lah"mereka menyahuti. Tentunya kecuali aurel dan rio.

Jika rio masih memikirkan apa yang akan dilakukan ara dan abel terhadap hubungannya dengan aurel.

Aurel justru memikirkan, akankah dia bertahan dengan rio atau melepaskannnya.

"Rel, pulang yuk"ucap abel membuat aurel tersentak dari lamunannya.

"Eh gue buat lo kaget ya, sorry"

"Gapapa kok, kuyy pulang"jawab aurel.

"Kamu pulang sama aku ya"tutur rio lembut.

Ara tersenyum miring menanggapi itu. "Heh kan aurel tadi bawa mobil gimana sih lo"sautnya dengan nada tak bersahabat. Entahlah dia bawaannya emosi dengan rio.

"Mobil kamu nanti biar dianter orang kepercayaan aku aja ya"bujuk rio lembut.

Aurel tentu saja tak dapat menolak. Bukannya apa, tapi tatapan lembut yang rio berikan benar benar meruntuhkan pertahanannya.

"Oke"jawaban aurel yang membuat ara dan abel menatapnya tak percaya.

"Tapi rel—"ucapan ara langsung saja terhenti karena sautan aurel. "Gue bareng rio aja"saut aurel mutlak. Dan berakhir dengan helaan nafas kesal ara dan abel.

"Yaudah tunggu apalagi, kuyy pulang" ucap aksa setelah melihat rio selesai menyuruh orang kepercayaannya untuk mengambil mobil aurel.

"Eh kapan kapan kita mesti jalan bareng nih, kan udah lama ga keluar bareng gitu"ucap ara dengan heboh.

"Wah iya bener banget tuh setuju gue"abel menimpali.

"Gue juga"cleo menyahuti. "Lo gimana rel?"lanjutnya bertanya.

"Gue si ngikut aja"jawabnya santai yang membuat ketiga gadis itu mengembangkan senyumnya.

Mereka harus menghibur aurel. Harus!

"Yaudah lah, yuk pulang. Capek banget gue"dan untuk pertama kalinya satria membuka suaranya.

"Ah lo mah, sekalinya buka suara malah ngerusak suasana"putra mendengus kesal. Dia kan sudah terbawa suasana tadi.

"Bodo amat"sautnya cuek.

Mereka yang ada disana kompak menggelengkan kepala. Tak habis fikir dengan tingkah satria yang sangat menyebalkan.

Dicekek aja gimana ni?

Tentu saja hanya difikiran mereka. Karena mereka masih cukup waras untuk mengatakannya langsung didepan si empunya.

Hingga suara teriakan seseorang membuat mereka mengalihkan pandangannya.

"Kak riooooo"

"Flona bareng kakak ya"ucapnya dengan senyum lebar di wajahnya.

"Iya pasti dong, kamu bareng kakak"

Aurel yang mendengar jawaban rio tersenyum miris.

Baru aja gue seneng karena sikap lo yang perhatian. Tapi ya seperti biasa, lo langsung jatuhin gue gitu aja. Bersikap manis tapi ke semua orang, buat apa?

Ara yang melihat aurel menundukan kepala saat rio dengan santai merangkul flona di depannya mengepalkan tangan.

Bangsat lo rio

Opportunité || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang