Dua puluh tiga

100 5 0
                                    

Terhitung sudah satu minggu sejak kejadian di rooftop itu. Dan sejak saat itulah aurel belum juga membuka matanya.

Bahkan dino dan antek anteknya sudah dijebloskan ke penjara karena tuntutan dari keluarga aurel, dan rio yang menjadi saksi matanya.

Hal itu membuat adanya perubahan di diri teman temannya. Mereka yang semula ceria, jail, suka membuat onar kehilangan semangatnya.

Bahkan mereka mulai berangkat sekolah setelah dua hari aurel di rawat di rumah sakit. Beda lagi dengan rio yang baru berangkat dihari kelima karena paksaan kedua orang tuanya.

Di sekolah juga mereka yang biasanya diliputi canda dan tawa. Hanya datang, duduk, diam. Jangan lupakan muka datar dan dingin membuat siapapun tak berani mengganggu bahkan menyapa  mereka.

Kini mereka semua berada di rooftop, tempat favorite aurel yang menjadi kesukaan mereka juga.

Sebenarnya bel masuk sudah berbunyi sedari tadi. Tapi tak ada yang berniat meninggalkan tempat ini.

Buat apa juga belajar kalo ga niat, nanti sama aja ga dapet ilmu.

Dan itulah yang ada dipikiran mereka.

"Kalian semua ngapain disini, bel sudah berbunyi sedari tadi. Kalian semua bolos"ucap seseorang disana yang membuat ara dkk juga rio dkk menoleh. Tapi tetap saja diam.

Derry yang melihat itu menghela nafas. Dia sebenarnya sedang patroli mencari siswa yang bolos tadi, tetapi saat melihat pintu rooftop terbuka dia langsung memasukinya.

Dia sebenarnya juga tahu, apa alasan yang membuat anak didiknya seperti ini. Siapa lagi kalau bukan aurel. Ya aurel yang menjadi kesayangan semua orang.

Bahkan seluruh guru juga turut sedih saat tau keadaan aurel. Walau di sekolah aurel suka membuat onar. Tapi percayalah mereka tetap menyayangi aurel.

Terlebih lagi derry sebagai teman dekat keluarga dharma. Dia juga turut merasa kehilangan.

"Kalian semua ikut bapak ke kantor" ucapnya mutlak yang langsung saja membuat ara dkk dan rio dkk mengikuti langkahnya. Sungguh mereka seperti patung berjalan bukan.

Dan ya, sampailah mereka di ruang kepala sekolah. Mereka pun mendudukan dirinya dengan tenang, tentunya tanpa sepatah kata.

"Kenapa kalian seperti ini"tanyanya yang tak mendapatkan jawaban.

"Kenapa kalian semua berubah"ya itu sebenarnya hanya cara untuk membuat mereka mau berbicara. Setidaknya itu dapat sedikit meringankan beban mereka.

"Tanpa kami jawab, bapak pasti tau jawabannya"jawab cleo yang mendapat anggukan dari derry.

"Apa ini karena aurel"tanyanya hati hati.

"Jika memang iya, seharusnya kalian tidak seperti ini. Sedih boleh tapi jangan sampai merusak masa depan kalian. Kalian seharusnya kuat agar dapat selalu ada disisi aurel, bisa menguatkan aurel. Jika kalian seperti ini terus, aurel pasti akan merasa sedih atau mungkin marah karena kalian berubah. Memang kalian tidak kasihan dengan orang tua kalian, mereka pasti sedih melihat anaknya seperti ini"jelasnya panjang lebar. Dia hanya ingin anak muridnya ini paham, bahwa perubahan mereka tidak seharusnya terjadi.

Mereka yang mendengar itu menghela nafas. Bahkan ara dkk sudah meneteskan air matanya. Sebenarnya mereka tahu, perubahan mereka membuat semua orang kecewa. Tapi entah kenapa, rasanya sangat sulit untuk kembali seperti biasanya.

"Tapi rasanya sulit untuk kembali seperti biasa pak"saut ara sesegukan.
Dan langsung saja dia memeluk cleo yang ada disampingnya begitu pula abel.

Opportunité || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang