Dua puluh lima

102 5 1
                                    

Pukul 20.00

Hari yang kian larut tak membuat rio berniat pulang dari rumah sakit. Jangankan untuk pulang, keluar dari ruangan aurel saja dia tidak mau.

Ya setelah aurel diperiksa dokter tadi. Dokter mengatakan keadaannya semakin membaik. Dia langsung saja dipindahkan ke ruangan vvip atas permintaan keluarganya.

Semua orang langsung berhambur ke pelukan aurel. Mereka bercerita panjang lebar tentang apa saja yang mereka lewati tanpa adanya aurel di sisinya.

Ara dkk dan rio dkk yang tahu bahwa aurel membutuhkan waktu untuk sekedar melepas rindu dengan keluarganya keluar dari ruangan aurel dan beralasan ke kantin. Rio yang sebenarnya tidak lapar juga dipaksa makan oleh temannya.

Lalu saat mereka kembali mereka berpamitan pulang karena hari sudah malam. Ah tidak semua, karena masih ada satu orang yang tertinggal. Siapa lagi kalau bukan rio.

Sekarang dia menjaga aurel yang sedang tidur. Tadinya diandra menyuruh dia pulang karena takut orang tuanya mencarinya. Tapi dia langsung menolak dengan alasan bunda ga akan marah tante, kan rio jagain calon mantunya.

Dia mengucapkan itu dengan tegas di depan semua orang. Aurel yang mendengar itu pun menenggelamkan kepalanya di dalam selimut.

Sungguh dia benar benar malu sekarang. Terlebih daddy dan mommy nya yang tersenyum menggoda. Dan jangan lupakan bara yang malah dengan gencar bersiul siul menggoda mereka.

Coba aja gue ga sakit udah gue tampol lu bang

Ya aurel mengumpat di dalam hati. Dia benar benar kesal dengan abangnya ini.

Tadinya saat pertama kali mengetahui abangnya pulang dia merasa sangat senang bahkan tak mau melepaskan pelukannya. Tapi saat tau kelakuan abangnya yang dari dulu tidak pernah berubah. Dia rasanya ingin menarik kata katanya kembali.

Dan aurel langsung saja meminta kedua orang tuanya membawa makhluk menyebalkan itu pulang. Mengetahui apa yang dimaksud anaknya mereka berdua tertawa. Beda lagi dengan bara yang makin gencar menggodanya.

Bilang aja mau berduaan sama rio.

Diandra dan dharma yang melihat kelakuan anaknya itu menggelengkan kepala. Lalu mereka dengan segera mengajak bara untuk pulang. Mereka paham aurel dan rio juga membutuhkan waktu untuk berdua.

Dan pada akhirnya disinilah rio, hanya berdua dengan aurel. Duduk di kursi yang ada di samping brankar aurel. Menggenggam tangannya dan mengelusnya secara perlahan. Tak pernah bosan dia memandang wajah tenang aurel saat tidur. Bahkan dia tak berniat memalingkan wajahnya.

"Rio"ucap aurel setelah terbangun dari tidurnya.

"Selamat malam sayang"sapanya dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajahnya. Tentunya itu membuat aurel merona.

"Kamu perlu apa"tanyanya lembut dengan tangan yang mengelus kepala aurel pelan.

Aurel hanya menggeleng sebagai jawaban. Dia memang tidak ingin apa apa sekarang. Dia hanya ingin, rio selalu ada di sisinya.

"Rio ga bobo"tanyanya setelah melihat jam.

Pukul 22.00

"Engga sayang aku ga ngantuk" tentunya jawabannya hanya berbohong. Sebenarnya dia sangat mengantuk, mengingat beberapa hari ini dia susah tidur karena selalu memikirkan aurel.

"Rio jangan bohong"sautnya dengan mata melotot yang membuat rio terkekeh.

"Aku ga bohong sayang"

"Kalo rio bohong lagi, aurel ngambek ni ya"ancamnya yang membuat rio gelagapan.

"Eh iya sayang aku jujur ni, aku ngantuk"jawabnya tak ingin aurelnya marah.

Opportunité || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang