Enam puluh dua

93 5 2
                                    

Double up buat hari iniii
Jadi, langsung cuss aja yukk

Oke lah, Happy reading guys💛


🐻🐻🐻


"Kakak, gimana? Udah ketemu sama kak aurel?"tanya gadis yang kini duduk di brankar itu. Tentu dengan bantuan bundanya.

Yang diberi pertanyaan hanya bisa menghela nafas,"Semua masih sama"

"Flona ga mau tau, kakak harus temuin kak aurel. Gimana pun caranya, kakak harus minta maaf. Kakak harus bawa kak aurel ke sini. Kalau ga, flona marah sama kakak!"teriaknya yang kini terisak pelan.

Ya, gadis itu flona. Dia sudah sadar setelah beberapa hari ini tak sadarkan diri.

Tapi, dia belum diizinkan pulang. Luka fisiknya karena kejadian itu mungkin sudah hampir sembuh. Tapi, kini giliran batinnya yang terguncang.

Setelah menceritakan kejadian sebenarnya pada semua orang. Dia justru di kejutkan akan apa yang kakaknya perbuat pada orang yang sudah dia anggap sebagai kakaknya. Orang yang telah menyelamatkannya.

Dan jadilah, kini flona marah ke semua orang. Tak ingin sekedar berbicara dengan rio ataupun yang lainnya kecuali untuk bertanya bagaimana perkembangan dari pencarian aurel.

Dia tidak terima akan hilangnya aurel. Dia tidak terima akan perlakuan yang diberikan kakak sekaligus sahabatnya pada aurel.

Dia tidak terima. Dia merasa bersalah. Dia kesal, semua ini terjadi karenanya.

Selalu menyalahkan dirinya sendiri. Itulah yang flona lakukan. Terkadang, saat dia ditinggal di ruangan sendiri, dia dengan tanpa rasa takutnya melukai dirinya sendiri.

Itulah yang membuat luka yang sebelumnya mengering. Kini kembali terluka. Banyak goresan yang tercipta ditangannya.

Hal itu membuat kedua orang tuanya senantiasa bersamanya. Menunggunya, melindunginya.

Dengan sigap rena memeluk putrinya,"Sayang udah, jangan kaya gini. Kakak kamu akan terus berusaha buat nyari kak aurel. Kamu yang tenang ya, fokus sama kesembuhan kamu"

Flona menggeleng tanda tak setuju,"Ga bisa bunda. Flona ga bisa tenang kalo belum ketemu sama kak aurel. Ini semua gara gara flona. Kak aurel jadi dibenci semua orang. Kak aurel jadi—"

"Cukup flo, cukup. Jangan diterusin. Ini semua salah kakak. Kakak yang salah karena ga percaya sama dia, kakak ga dengerin penjelasan dia. Ini semua salah kakak, maaf"ucap rio parau.

Rena yang mendengar keluh kesah putranya, mendongakkan wajahnya. Menahan air mata yang tanpa diundang meloloskan diri dari pertahanannya.

Hatinya seakan tercabik, melihat kedua anaknya yang saling menyalahkan diri. Saling menangis, mengungkapkan bentuk kecewanya.

Belum lagi naya— adik kedua rio yang beberapa hari ini rewel. Selalu menangis karena ingin bertemu dengan aurel.

"Udah sayang, kalian jangan saling nyalahin diri kaya gini. Ini semua takdir. Yang bisa kalian lakuin sekarang, berdoa dan selalu berusaha biar bisa cepet ketemu sama aurel"

Terisak pelan, rio menganggukan kepalanya. "Iya bunda. Rio janji, janji akan bawa aurel balik lagi. Janji akan nebus semua kesalahan rio sama aurel"

Rena tersenyum haru. Dia memang merasa kecewa akan tindakan rio tempo hari. Tapi dibalik itu dia lega. Setidaknya, dengan kejadian ini, rio belajar agar lebih baik lagi.

Opportunité || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang