Chapter 6

248 8 0
                                    

Happy reading")

***
Ke esokan hari nya.

Seorang wanita juga pria tengah bersiap-siap untuk pergi ke bali, siapa lagi kalau bukan Fikri dan Alisya.

Mereka siap dengan satu koper besar yang telah di pegang oleh Fikri, satu koper? Emang cukup? Ya cukuplah, orang mau ke bali bukan ke luar negri. Dan juga hanya beberapa hari, mungkin tiga sampai empat hari.

Ica, ia hanya membawa tas selempengan berukuran sedang yang telah terkait di pundaknya.

Seluruh anggota keluarga telah berkumpul di sofa ruang tamu, yang ingin melihat kepergian mereka.

"Masyaa allah serasi sekali kalian," puji Aminah tersenyum.

"Hehe.. Mamah bisa aja," balas Fikri.

"Emang iyah kok,"

"Iyah atuh hhe," jawab Fikri.

"Doain semoga sampe di tempat tujuan dengan slamat," ujar Ica.

"Aamiin sayang," ucap Aminah dan Sahal.

"Aamiin semoga slamat sampe tujuan," ucap Nisa.

"Aamiin," kompak semua orang.

"Jangan lupa, pulang-pulang bawa cucu untuk ayah," ucap sahal tertawa.

"Siapp yah," balas Fikri semangat.

Kini Ica dan Fikri menciumi punggung tangan Aminah, Sahal, Nisa dan Bani secara bergantian.

"Assalamualaikum," ucal Fikri dan Ica.

"Waalaikumsalam," jawab mereka semua.

Dan kini, Fikri dan Ica telah berada di mobil milik Fikri. Karna semalam ia telah mengambil mobilnya di rumah sang papah dan bundanya.

Setelah membaca doa bepergian, Fikri menjalankan mobilnya di atas rata-rata. Tidak ada pembicaraan sama sekali di dalam mobil itu, hanya deru mobil yang mereka dengar.

***

Beberapa jam kemudian, mereka berdua telah sampai di tempat tujuan mereka, pantai Bali. Karna hari sudah larut, ya maklum balu kan jauh. Dan sekarang tempat tujuan utama mereka adalah hotel untuk mereka beristirahat.

"Selamat datang di atanaya hotel, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita penerima pesan kamar hotel(gatau namanya wkwk😂) dengan sangat ramah.

"Kami ingin memesan satu kamar mba," jawab Fikri ramah.

"Oh, tunggu sebentar mba, mas, saya ambilkan kunci kamar nya dulu," ujar wanita itu tersenyum, lalu mengambil kunci yang tergantung di belakang nya.

"Silahkan," balas Ica dan Fikri tersenyum.

Beberapa saat kemudian, wanita itu telah mengambil satu kunci berwarna putih dan memberikan kepada Fikri.

"Silahkan mba, mas. Kamar kalian di lantai 3 nomor 138," ucap lagi wanita itu.

"Makasih mba, mari," ucap Ica tersenyum.

Sang wanita itu hanya menggangukan kepalanya seraya tersenyum manis. Dan kini mereka berjalan menuju kamar mereka yang telah dikatakan mba-mba tadi.

Kini, mereka telah sampai di depan kamar yang mereka pesan. Ica membukakan pintu, dan mereka langsung mesuk ke dalam.

Saat pertama kali masuk ke dalam kamar hotel itu, Fikri dan Ica melihat ke sekeliling kamar itu.  Harum! itulah udara yang mereka hirupi.

Setelah sampai di dalam, Ica langsung membuka kopernya lalu memasukannya ke dalam lemari yang telah tersedia di kamar itu. Lain hal dengan Fikri, ia langsung berbaring di kasur empuk nan wangi itu.

Setelah selesai membereskan pakaian ke lemari, Ica ikut berbaring di samping sang suami untuk mehilangkan rasa penatnya.

"Cape Ca?" tanya Fikri melihat ke arah Ica.

"Bukan cape tapi pegel," balas Ica.

"Mau di pijitin gak?" tanya Fikri.

"Gak usah, seharusnya aku yang mijitin kamu." jawab Ica.

"Nanti aja yaa, Sekarang aku mau mandi dulu," ujar Fikri berdiri dari baringannya.

"Aku duluan yah pliss, gerah nih," ucap Ica memohon.

"Bedua aja mau?" goda Fikri menaik-naikan alisnya seraya tersenyum jahil.

"Ya udah deh kamu duluan aja," balas Ica memalingkan wajahnya, menyembunyikan bercak pink di pipinya.

"Yaudah deh, bye sayang," ucap Fikri melambaikan tangannya dan berjalan menuju kamar mandi.

⚫⚫⚫
Jan lupa follow author

Cinta Sang Dokter (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang