#Istriku_Beautifull
#Part60Jam masih menunjukan pukul 10 pagi, Fikri belum kembali dari rumah Sahal.
Tok! Tok! Tok!
"Assalamualaikum." ucap seseorang dibalik pintu rumah Aminah.
Ada segerombol murid SMA juga beberapa guru didepan rumah Aminah, yang terus mengetuk pintu.
Hingga ketukan ketiga kali tak ada seorang pun yang membukakan pintu itu. "Kok, gak ada yang nyaut yah. Pada kemana?" tanya seorang guru wanita heran
"Tadi kan kata Satpamnya aja didalam. Tapi kok gak ya ...?" jawab salah satu murid bingung.
"Mungkin gak ke denger kali, But." sahut anak perempuan berambut kucir.
"Coba tekan belnya, Bu. Kali aja ke denger."
Mendengar usul dari muridnya, wanita berjilbab itu menekan bel.
Ting tong! Ting tong!
"Assalamualaikum."
Ceklek.
Tak membutuhkan waktu lama untuk menekan bel, pintu rumah utama itu hampir terbuka dan menampakan seseorang.
"Icaaa! Masyaa Allah, aku rindu."
Mendapat wujud sang tuan rumah, wanita berjilbab sebagai guru itu memeluk erat orang didepannya.
Ica meresa heran, ia tak membalas pelukan wanita itu. Ica mematung ditempat, entah apa yang ada dipikirannya.
"Bu Ica kenapa, ya? Kok gak bales pelukan Bu Disya?" bisik murid pria pada temannya.
"Gue juga, gak tau kali."
"Aneh banget, sumpah."
Setelah pelukan wanita itu lepas dari badan Ica, Ica menatap satu persatu guru di sampingnya dan segerombol anak murid. Dan segerombol anak SMA itu menciumi punggung tangan Ica.
"Kalian, siapa?" tanya Ica heran.
"Jangan ngeprank deh, Ca. Gak lucu ah," balas Disya, wanita yang memeluk Ica tadi.
Kalian tau kan Disya? Ituloh, sahabat ngajar Ica. Lupa aku juga ada dipart berapa.
Ica mengerutkan keningnya, ia menatap kembali wanita berpakaian guru itu.
"Yaampun, Ca. Jan liatin gue kek gitu, salting nih." ucap Disya cengegesan.
"Ada siapa, Sayang?" tanya seseorang dibelakang Ica yang tak lain adalah Aminah, Ibunda Ica.
"Oh, Disya. Mari masuk, Nak. Kalian gak ngerti ya Ica kaya gitu?" seluruh anak SMA dan guru itu menggelengkan kepala serempak.
"Nanti, Tante jelasin. Yuk, masuk dulu," ucap Aminah mempersilahkan tamunya masuk.
Setelah anak murid juga guru itu duduk dengan alas karpet, karena disofa tidak akan muat. Dan setelah itu, Aminah mulai menceritakan apa yang terjadi pada Ica.
Mendengar apa yang baru saja dijelaskan oleh Aminah, seluruh orang didalam rumah itu menutupkan mulut, tak percaya.
"Turut berduka cita, Ca. Semoga Allah kembali kasih kamu keturunan, Aamiin." Disya kembali memeluk sahabatnya erat.
Sekarang Ica tau, yang memeluknya itu adalah sang sahabat. Tanpa perintah Ica membalas pelukan sahabatnya itu.
"Makasih, aamiin." balas Ica tersenyum.
"Oh, iya, Bu. Ini ada beberapa kue sama buah untuk, Ibu. Semoga cepat sembuh, Bu." ucap murid berkerudung putih itu seraya menyodorkan kresek besar.
"Makasih, padahal gak usah. Saya gak papa kok, udah sehat." balas Ica menerima sodoran kresek itu.
"Gapapa, Bu." sahut temanya tersenyum.
"Ica, guru, Bu?" tanya Ica pada Aminah.
"Iya, Sayang. Itu mereka anak didik kamu," balas Ica menunjukan segerombol anak SMA itu.
"Oh, iya-iya." Ica mengaguk-agukan kepalanya.
"Eh, tunggu, Ya. Tante ambilin minuman dulu," pamit Aminah beranjak dari duduknya.
"Gak usah, Tante. Kami gak akan lama kok," balas Disya.
"Gak papa," jawab Aminah melangkah pergi.
Ica yang sejak tadi diam, akhirnya ia menatap sahatnya yang berada Disamping. "Tadi nama kamu, siapa?" tanya Ica.
"Disya." Ica membalas dengan mangut-mangut mengerti.
***
Setelah sekian lama cerita-cerita seputar tentang kegiatan Ica dulu mengajar disekolah, tak lupa para murid pun ikut nimbrung dengan Ica dan Disya.
Karena cape sejak tadi canda tawa, akhirnya mereka rehat dan meminum air yang telah disediakan Aminah tadi.
"Ibu, Ibu. Kalo Ibu gak masuk kelas, rasanya sepi, Bu." keluh pria berambut rapi.
Ica tersenyum. "Kan, ada Disya." balas Ica menatap sahabatnya.
"Ih, Ibu. Beda kalo Bu Disya."
"Bedanya, apa?" tanya Ica menaikan alisnya.
"Ya, beda aja, ya 'kan temen-temen? pokonya Ibu cepet-cepet masuk sekolah, ya. Bu," sahut murid perempuan berambut pirang, semua temannya mengagukan kepala serempak.
"Iya, Bu. Bener,"
"Sepi, kek kuburan."
"Ah, kalian ini ada-ada saja." Ica menggelengkan kepalanya.
"Ih, Iya Bu asli gak boong." gadis itu mengacungkan dua jarinya berbentuk V.
"Iya deh, iya." balas Ica terkekeh.
"Yaudah, makan tuh kue nya." lanjut Ica.
"Asyiapp, Buu."
Cukup memakan waktu mereka menghabiskan kue juga minuman.
Ting tong! Ting tong!
Tengah asyik memakan kue, tiba-tiba bel rum ah berbunyi membuat sang empu-empu di dalam sana menghentikan aksinya, memakan kue.
"Assalamualaikum." ucap seseorang di balik pintu utama.
"Ica bukain pintu dulu, ya." pamit Ica pada murid dan sahabatnya, mereka membalas dengan mengagukan kepala seraya tersenyum manis.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dokter (Slow Up)
Narrativa generale17+ [Sedikit dan gak banyak mengandung unsur dewasa] Follow sebelum baca :) *** Mencintai setelah menikah itu, INDAH. mau apa-apa gak sungkan, tinggal lakuin aja. kan udah sah. *** ⚠ Cerita ini pertama buat, mohon maaf atas tada baca yang tak sesuai...