Matahari telah terganti oleh sang bulan yang memancarkan ke indahan di atas sana, jam telah tepat menunjukan pukul 10.02.
Sudah hampir 10 jam lebih belum ada tanda-tanda kalau Ica akan bangun, Fikri masih setia menunggu Ica di kursi dekat ranjangnya sesekali ia cek keadaan Ica.
Perlahan Fikri menenggelamkan kepalanya ke sisi ranjang dengan bantal kedua tangan yang dilipatnya, ia baringkan kepala dan perlahan matanya tertutup rapat.
Tak Fikri ketahui, jari-jari Ica bergerak dengan matanya yang hampir terbuka. Setelah penglihatannya normal ia melihat sekeliling ruangan bernuasa putih itu.
"Aku dimana?" lirihnya dengan memengang kepalanya.
Perlahan mata milik Ica teralih pada seseorang yang tertidur di sisi nya dengan kedua tangan sebagai bantal. "Siapa dia?" tanyanya dengan memerhatikan pria itu.
Fikri yang belum terlalu nyenyak dengan tidurnya merasa terganggu dengan suara orang yang berbicara, ia bangun dari tidurnya dengan mengucek-ngucek mata milik nya.
Setelah netranya normal Fikri melihat ke arah ranjang yang telah terdapat wanita memerhatikannya. "Icaa!" Fikri langsung memeluk erat tubuh Ica.
Ica heran dengan seseorang yang memeluknya itu, dengan kasar ia melepaskan tangan Fikri yang memeluknya.
"Siapa kamu! Berani-beraninya peluk-peluk saya!" tekan Ica.
"Aw ...," keluh Ica memengang kepalanya.
"Sayang, kamu istirahat dulu aja ya. Jangan banyak bicara dulu ya," perintah Fikri.
"Siapa kamu! Sayang-sayang seenak nya!" ucap Ica yang masih memengang kepalanya.
"Aku Fikri, suamimu Ca."
"Suamiku? Kapan saya nikah sama kamu?" tanya Ica heran.
"Terus apa tadi kamu bilang? Ca?" sambungnya.
"Iyah saya suamimu, sudah hampir satu tahun kita sebagai suami istri. Dah ya, nama mu Alisya tapi sering sekali dipanggil Ica," jelas Fikri.
Ica tidak menanggapi lagi perkataan Fikri, ia malah terbengong seperti memikirkan sesuatu. "Bohong! Kamu bohong! Buktinya saya tak ingat siapa saya, terus tak ingat saya sudah menikah." jawab Ica.
Perlahan Fikri mengelus lembut pucuk kepala Ica dengan sayang. "Sekarang istirahat yah, ini sudah malem. Kamu lagi sakit kan, ayo aku bantu," Fikri menarik selimut sampai batas dada Ica.
"Gak! Jelasin dulu saya kenapa?" Ica menyingkirkan selimut.
"Besok mas jelasin yah sekarang kamu tidur lagi yah," Fikri terus memaksa Ica, Ica yang kekeuh ingin meminta penjelasan akhirnya luluh, ia kembali memejamkan matanya.
____
Males ngetik, jadi sedikit:"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dokter (Slow Up)
General Fiction17+ [Sedikit dan gak banyak mengandung unsur dewasa] Follow sebelum baca :) *** Mencintai setelah menikah itu, INDAH. mau apa-apa gak sungkan, tinggal lakuin aja. kan udah sah. *** ⚠ Cerita ini pertama buat, mohon maaf atas tada baca yang tak sesuai...