"Semur telor?" Ica hanya mengaguk agukan kepalanya.
"Tapi aku gak bisa bikin,"
"Tanya si abah kek, atau apa gitu,"
"Kan abah aku gak disini sayang, terus abah aku kan gak bisa masak,"
"Ihhh... Maksudnya abah gugel. Bukan abah kakek kamu,"
"Oh hehe salah ya,"
"Udah tau salah, malah nanya," gumam Ica kesal.
"Apa sayang?"
"Gak."
Fikri mulai merongoh ponselnya yang berada disaku celana, ia mulai mencari cara-cara membuat semur telor.
Setelah mendapat bahan dan langkah nya, Fikri berjalan kearah kompor sekaligus mengumpulkan bahan-bahan nya.
Fikri mulai merebus telor, sekirar lima sampai enam biji. Setelah telor direbus, dia masukan kedalam air dingin, setelah telor dingin ia mengupas cangkang-cangkang telornya dan seterusnya melihat langkah-langkah dibah gugel.
"Udah mas?" tanya Ica berjalan kearah Fikri.
Ica telah menghabiskan mangga mudanya, ia sangat menyukai mangga terlebih lagi ia tengah ngidam.
"Belum,"
Fikri yang tengah mencari mangkuk di lemari, Ica berjalan kearah kompror untuk mencicipi sedikit air semurnya. Kurang garam, Ica mengambil garam dan menaburkan sedikit. Lalu ia aduk-aduk dan kembali dicicip, pas. Semuanya pas.
"Kamu duduk aja Ca, ini biar sama aku," Ica langsung menurut perintah Fikri, Ia berjalan dan duduk dikursi meja makan.
Beberapa menit kemudian, semur telur telah matang. Fikri mulai menuangkan ke mangkuk sedang, dan membawanya ke meja.
"Nih cobain," Fikri menyodorkan mangkuk yang berisi semur telur.
Ica mulai mencicipi lagi enak, sangat enak.
"Enak?" Ica hanya mengagukan kepalanya, seraya terus memakan semur telur itu.
"Sama nasi ya?"
"Yaudah boleh," Fikri langsung melesat mengambil nasi dimejikom.
"Nih," Fikri menyodorkan piring yang sudah berisi nasi.
Ica mulai memakan semur telur plus nasi hangat dengan sangat lahap.
"Mas mau?" Ica menyodorkan sendok yang terisi nasi juga potongan telur.
"Boleh," Fikri menerima sodoran suapan dari Ica.
"Mas dimaafin kan?"
"Iyaa," jawab Ica yang terus mengunyah nasi.
"Mau lagi mas?"
Fikri mengaguk seraya membukakan mulutnya, menerima suapa kedua dari Ica.
"Sekarang giliran mas yang suapin kamu," Fikri merebut sendok yang tengah dipegang Ica.
"Aaaa nih,"
"Aamm," Ica melahap sodoran Fikri.
Mereka saling suap-menyuap sampe telur tinggal tersisa dua lagi.
"Uhh, kenyang."
"Makasii mas, masakan kamu enak,"
"Sama-sama sayang,"
"Lain kali bikinin lagi ya mas hehe,"
"Apapun yang kamu mau, mas akan turutin,"
Setelah selesai mengunyah, mereka melanjukan meminum air putih didepan mereka.
"Ca?"
"Iyah mas?"
"Kamu pernah ada hubungan sama orang yang bernama Adit?"
"Adit?"
"Iyah, waktu kita bertemu ditaman."
Bukannya membalas ucapan Fikri, Ica malah bengong.
"Ca?" Fikri mengkibas-kibas kan tangannya di depan muka Ica.
Ica yang tersadar langsung melirik ke arah Fikri, lalu ia berkata. "Eh iya mas?"
"Jujur sama aku Ca, kamu punya hubungan apa dulu sama Adit?"
"Dulu ak--,"
____
Tbc♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dokter (Slow Up)
Fiksi Umum17+ [Sedikit dan gak banyak mengandung unsur dewasa] Follow sebelum baca :) *** Mencintai setelah menikah itu, INDAH. mau apa-apa gak sungkan, tinggal lakuin aja. kan udah sah. *** ⚠ Cerita ini pertama buat, mohon maaf atas tada baca yang tak sesuai...