Chapter 7

263 8 0
                                    

***

Setelah Fikri maupun Ica selesai dengan acara mandinya, kini mereka sedang baring-baring di atas kasur sembari melihat langit-langit kamar. Tidak ada yang angkat berbicara, mereka asyik dengan pikiran mereka masing-masing dan hanya detikan jam yang terdengar di gendang telinga keduanya. Hingga beberapa menit kemudian Fikri angkat bicara.

"Ca mau gak kamu buat mas bahagia?" tanya Fikri melirik ke arah Ica.

"Maulah, yakali seorang istri tak mau membahagiakan suaminya," balas Ica membalas tatapan Fikri.

"Asli mau?"

"Iya mau mas, emang apa mau mas untuk membuat mas bahagia?" tanya Ica penasaran.

"Oh, mas mau di kupasin apel? Atau di buatin nasgor? gak-gak pasti mas mau Ica temenin besok ke patai, Atau jalan-jalan ke sekeliling pulau bali? Ehh..ehh atau jangan-jangan mas mau di pijitin yaaa?" lanjut Ica dengan banyak sekali pertanyaan.

"Bukan sayang bukan," balas Fikri.

"Lah? Terus maunya apa dong?" tanya Ica heran.

"Mas mau minta hak dari kamu,"

Deg.

"Ha-hak?" tanya Ica gugup.

"Iya sayang, boleh kan?"

Ica tidak langsung menjawab, ia malah melamun. 'Bagaimana nanti aku melahirkan? Pasti sakit, aku gak mau. tapi aku ingin mempunyai baby, yasudahlah aku harus mau, karna kodratku sebagai seorang istri,' itulah ucapan yang terus berbunyi di dalam hatinya dengan muka yang sudah basah oleh keringat.

"Hey, sayang kenapa melamun? dan kenapa juga kamu keringetan? Gerah?" tanya Fikri mengibaskan tangannya di depan muka Ica.

Ica yang langsung terdasar dengan kibasan Fikri, "Eh tadi bilang apa mas?"

"Kamu kenapa?"

"Gapapa mas, hhe..,"

"Bolehkan mas minta hak mas?" tanya Fikri memastikan.

"Bo--bo--boleh mas," jawab Ica gugup.

Setelah mendapat jawaban, Fikri ia langsung memeluk istrinya dari samping. Seraya berbicara, "Makasih sayang."

Ica hanya menganggukan kepalanya seraya tersenyum manis, dan Fikri ia langsung memulai aksinya. (Dan ntahlah apa yang terjadi selanjutnya saya sebagai author tidak mengerti dan gk mau ngerti😂, dan hey kalian para pembaca jan di bayangin ih. Emang tau gtu aksi apa? Haha)

***
Kini subuh pagi telah tiba dan sang surya hampir menampakan dirinya di ufuk timur, Ica telah terbangun dari tidurnya dan kini ia tengah mandi di kamar mandi. Dan Fikri ia masih setia di atas kasur dengan mata yang masih terpejam.

Beberapa menit kemudian, Ica keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil yang melilit di kepalanya. Ia berjalan mendekati suaminya yang masing terbaring pulas dengan alam mimpinya.

"Mas ayo bangun udah subuh," ucap Ica menepuk-nepukan pipi Fikri serta menggoyang-goyangkan badannya.

Merasa terganggu dengan tepukan hangat serta goyangan ia terbangun dari tidurnya, dan yang ia lihat pertama kali adalah istri tercintanya.

"Emm iya sayang,"

"Makasih buat semalem, aku bahagia." lanjut Fikri yang akan memeluk Ica, tapi Ica malah berdiri menjauhi pelukan Fikri.

"Ihh, jan peluk-peluk aku punya wudhu mas," ucap Ica berjalan ke arah meja rias.

"Kamu mandi gih, terus ambil wudhu. Kita shalat subuh dulu sebelum waktunya abis," perintah Ica yang masih Fokus dengan menyisir rambutnya.

"Yaudah iyah, tunggu yah,"

***
Kini jam dinding telah menunjukan pukul 8pagi, setelah suami istri itu melaksanakan kewajiban mereka. Mereka langsung membereskan ranjang yang sudah berantakan, bak seperti kapal pecah. Pakaian, bantal, guling semua berserakan di lantai. Dan iru semua perbuatan mereka.

Dan kini, mereka telah menyelesaikan semua pekerjaan mereka. Kamar hotel itu telah rapi seperti sediakala mereka masuk ke dalam kamar ini.

"Dek, mau jalan-jalan gak?" tanya Fikri.

Memang iyah, setelah kejadian semalam. Fikri telah menganti nama panggilan untuk Ica menjadi dek, lebih tepatnya seperti para suami istri lainnya

"Boleh mas, sekarang atau nanti?"

"Taun depan sayang, ya sekarang lah."

"Hhe, kirain nanti kalau pantainya mulai rame,"

"Sekarang aja we, ayoo," ucap Fikri menarik lengan Ica.

"Ehh, tunggu mas Ica pake dulu jilbab," cegah Ica.

"Eh lupa, kirain udah pake jilbab, hehe..," jawab Fikri cengegesan.

"Yaudah gih, mas tunggu diluar," lanjut Fikri.

"Iyah."

***



Semoga bahagia :)

Cinta Sang Dokter (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang