Dua jus apel, sepiring kripik kentang, payung besar peneduh panas yang telah tertancap di tanah plus dengan dua kursi panjang untuk sekedar baring-baring sekaligus menatap pemandangan indah nan cantik di depan mata, yah kini sepasang suami istri tengah menikmati jus apel plus kripik kentang kesukaan mereka, sekaligus memandang pemandangan indah di depan mata mereka.
Banyak sekali orang yang berlalu lalang, kesana kemari melewati mereka. Alisya ia tidak peduli dengan orang yang menghalang-halang pemandangan di depan sana, yang terus berjalan kesana dan kemari. Ica hanya fokus dengan pantai di depan mereka, lain hal dengan Fikri, ia memandang wajah Ica sejak Ica memandangan pemandangan pantai, kalian tau siapa mereka? Dan memang iyah, sepasang suami istri itu ialah Fikri dan Alisya.
"Dek?" ucap Fikri terus memandang Ica, tanpa berniat mengalihkan pemandangannya di depan sana.
"Hemm," gumam Ica, tanpa mengalihkan pandangannya.
"Pemandangan pantai gak terlalu indah yah," ucap Fikri tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Ica.
"Loh? Tadi kamu liatinnya lama, berarti indah dong,"
"Gak tuh,"
"Dan ada yang jauh lebih indah dari pantai," lanjut Fikri.
"Apa?" tanya Ica mengalihkan pemandangannya, dan yang ia lihat mata hitam milik Fikri.
"Kamu,"
Blush, dan kini pipi Ica telah berubah warna bak seperti udang rebus.
"Ihhh, kerjaannya gombal mulu. Gak bosen?!" tekan Icca mengalihkan mukanya.
"Biarin, wlee." balas Fikri mengulurkan lidahnya
"Ishh, cubit nih yahh." ujar Ica."Jangan dong, kamu mah jahat sama suami main cubit-cubit aja," jawab Fikri sedih.
"Bukan jahat, tapi TUMAN!" ucap Ica menekan kata 'tuman'
"Loh kok tuman? Tuman apaan?" tanya Fikri heran.
"Tuman, kerjaannya baperin anak orang mulu."
"Udah ah jan bahas itu, ayo ke sana." ucap Fikri menunjukan telunjuknya ke arah sisi pantai.
"Ayoo," balas Ica girang.
Fikri langsung menggandeng lengan kanan Ica dengan mesra, hampir semua orang melirik ke arah mereka. Karna bisa di bilang mereka sangat sangat serasi di tambah wajah tampan dan cantik itu menghiasi mereka
Setelah sampai, Ica langsung mengambil air dengan tangannya lalu mencipratkan ke bawah Fikri.
"Ituu, akibatnya kamu baperin anak orang," teriak Ica berlari.
"Ihh awas kamu, kalo kena gak akan aku kepasin!"
"Wleee, coba aja kejarr," teriak Ica yang terus berlari-lari, sembari mengulurkan lidahnya dan melirik ke belakang.
Bak seperti anak kecil mereka berkejaran, orang-orang yang melihat mereka mungkin merasa aneh, tapi Ica maupun Fikri tidak mempedulikannya. Ica terus berlari menjauhi Fikri, dan Fikri pun terus mengejar Ica.
Senang dan bahagia, itulah yang sekarang di rasakan oleh mereka.
⚫⚫⚫
Semoga sehat selalu
![](https://img.wattpad.com/cover/222761262-288-k816209.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dokter (Slow Up)
General Fiction17+ [Sedikit dan gak banyak mengandung unsur dewasa] Follow sebelum baca :) *** Mencintai setelah menikah itu, INDAH. mau apa-apa gak sungkan, tinggal lakuin aja. kan udah sah. *** ⚠ Cerita ini pertama buat, mohon maaf atas tada baca yang tak sesuai...