Chapter 43

84 2 0
                                    


"Eh Fik," cegah wanita itu dengan memegang pergelangan tangan Fikri.

Fikri berhenti dari langkahnya dan melepaskan tangan nya dengan kasar.

Fikri membalikan badannya dan menatap tajam wanita itu. "Apa!" ketus Fikri.

"Sabar yah Fik, semoga istri kamu cepet sembuh," ucap wanita itu dengan mengusap-usap pelan tangan Fikri.

Fikri mundur selangkah untuk menghindari usapan tangan dari wanita itu

"Hm, thank." ucap Fikri lalu berlalu meninggalkan wanita itu.

"Awas lo Ca! Gara-gara lo orang yang gue cinta jutek sama gue, tunggu pembalasan gue," ucap wanita itu dengan tersenyum miring.

____

Seorang wanita cantik dengan pakaian pasien telah terbangun dari tidurnya beberapa menit yang lalu, ia melihat sekeliling tidak ada siapa pun.

Perlahan ia bangun dan duduk. "Aku siapa ya? Apa iya aku udah nikah, masa sih. Terus orang tua aku kemana yah?"

"Huft haus," gumam wanita itu dengan mengusap lehernya, matanya terus mencari sosok gelas yang terisi air putih. Dan yah, ketemu.

____

Ica POV.

Setelah mata ini terbuka lebar dan melihat sekeliling ruangan dengan cat bernuasa putih, aku melihat sekeliling ruangan, tidak ada sama sekali orang. Kemana dokter semalem? Apa dia bener suamiku? Tapi kenapa sekarang ia tak ada lagi di sampingku? Apa dia membohongiku?

Ya allah, kenapa aku tak ingat apapun di otak ini. Tak ingat siapa aku, tak ingat apa aku sudah mempunyai suami. Apa yang terjadi sebenarnya padaku ya allah.

Kini aku merasakan sangat haus, ku putarkan bola mataku untuk mencari gelas yang berisi air. Dan ketemu, gelas itu telah berdiri di meja dekat sofa.

Perlahan aku turun dari ranjang menuju sofa dengan kepala yang pusing sangat. Dengan hati-hati aku berjalan ke arah sofa itu dengan tangan kiri mendorong inpus dan tangan kanan memengang kepala yang sangat pusing ini.

Tinggal beberapa langkah aku sampai ke meja dekat kursi, kepala ini sangat pening sekali. Ruangan ini serasa muter-muter, ya Allah kuatkan hamba.

Ku pejamkan mata ini rapat-rapat untuk menghilangkan rasa pening di kepala, tapi nihil pening ini semakin bertambah.

"Kuat ... kuat ...," itulah kata yang terus ku ucapkan dalam hati.

Karna tak kuat menahan rasa pening di kepala, aku terjatuh kelantai. "Ica!" samar-samar ku dengar seseorang dan gelap.

____

Kubuka mata ini secara perlahan, kini aku tidak lagi berada di atas lantai. Melainkan di atas ranjang dengan selimut yang menyelimuti ku hingga batas perut.

Ku lirik satu persatu orang yang tengah duduk di sofa, di samping ku hingga aku teralih pada sosok anak kecil. Siapa dia? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat, tapi dimana? Aku tak ingat sama sekali dia.

Pria yang mengaku sebagai suamiku mengalihkan pandangan ke arahku, ia memandang dalam wajahku.

Deg.

Jantung ku berdetak tak karuan, seperti di perhatikan oleh seseorang yang sangat ku cintai. Tapi tidak! Aku tidak mencintainya, hanya saja aku menyukainya. Eh cinta sama suka beda kan?

"Alhamdulillah sayang kamu sudah sadar," pria itu membelai lembut kepala ku yang terbalut jilbab.

'Masyaa Allah nyaman sekali,' ungkapku dalam hati dengan menghayati sentuhan tangannya dikepalaku.

Dua wanita paruh baya, dua pria paruh baya, dua remaja muda dan satu orang anak kecil berjalan ke arahku.

"Icaa, sayang!" ucap seorang wanita paruh baya berlari ke arahku dan langsung memeluk ku erat.

Aku tidak membalas pelukannya sama sekali, aku heran sangat heran. Kenapa ibu ini memelukku sangat erat? Semakin lama pelukan ibu itu semakin erat, dan sepertinya ia menangis. Ada rasa hangat di hati ini, perlahan tangan ku membalas pelukan wanita paruh baya itu.

...

Cinta Sang Dokter (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang