Chapter 10

199 7 0
                                    


***
Pagi hari pun telah tiba, kini Firki dan Ica tengah sarapan pagi di balkon kamarnya, setelah tadi Fikri membeli nasi kotak plus air mineral di kantin hotel.

"Mau di suapin gak?" tanya Fikri menyodorkan sendoknya.

"Boleh," balas Ica menerima sodoran sendok Fikri.

Ammm, Ica melahap suapan dari Fikri.

"Enak gak?" tanya Fikri.

"Enak," jawab Ica sembari mengunyah

"Mas gak mau disuapin gitu?"

"Oh mas mau?"

"Yaa mau lah, apalagi di suapin sama istri tercintah. Hehe,"

"Nihh, aaaa,"

Dengan senang hati Fikri menerima suapan dari Ica, kini mereka saling suap-suapan sampai nasi di dalam kotak itu tandas, setelah habis mereka meminun air mineral.

Dan kini adalah hari terakhir mereka di pantai bali, mereka tidak menyia-nyiakan hari terakhir mereka di pantai bali ini, mulai dari foto-foto untuk kenang-kenangan, beli oleh-oleh untuk mereka dan anggota keluarga.

Setelah mereka puas dengan foto-foto dan beli oleh-oleh, mereka kembali ke kamar hotel untuk membereskan pakaian-pakaian mereka yang esok akan di bawa pulang.

***
Hari esok pun telah tiba, kini Fikri sedang membayar harga hotel, setelah selesai Fikri menyusul Ica yang sudah menunggunya di mobil.

Sebelum Fikri menaiki mobil, tak sengaja bola mata Fikri melihat seorang nenek-nenek tengah berdangang jagung dan kue-kue kering yang tak jauh dari tempat parkir.

Fikri melesat pergi ke arah nenek-nenek itu, dan membeli jagung dan kue-kue keringnya.

"Jagungnya berapa nek?" tanya Fikri.

"2000 saja mas," jawab nenek itu.

"Kok murah nek?" tanya Fikri.

"Gapapa mas, daripada mahal gak ada yang beli, mending saya murahkan," jawab nenek itu tersenyum

"Oh gitu, nama nenek siapa?"

"Iros mas, mas nya?"

"Saya Fikri nek,"

"Sama siapa mas Fikri kesini?"

"Sama istri saya nek,"

"Loh sekarang istri mas kemana?"

"Jangan panggil mas nek, Fikri saja, istri saya di mobil nek,"

"Oh iya hehe,"

"Yaudah nek, saya beli jagung nya semua,"

"Loh nak Fikri ini masih banyak loh, nanti mubajir kalo banyak-banyak,"

"Gapapa nek, buat di jalan nanti,"

"Yaudah tunggu, nenek kresekin dulu,"

"Kue nya berapa ini nek?"

"2500 per plastik mas,"

"Tambah kuenya 10 bungkus nek,"

"Iyah tunggu,"

Setelah nenek Iros itu memasukan jagung dan kue-kuenya ke dalam kresek, ia langsung memberikan kepada Firki.

"Berapa semua nek?"

"65000 nak Fikri,"

Fikri mengambil tiga uang berwarna merah itu, lalu ia memberikannya ke nenek itu.

"Cuma 65000 mas, ini kebanyakan,"

"Gapapa nek, sisanya buat nenek saja,"

"Masyaa allah makasi banyak nak Fikri," nek Iros itu mau menciumi punggung tangan Fikri.

"Eh nek gak usah," cegah Fikri, lalu Fikri yang menciumi punggung tangan nek Iros itu.

"Semoga allah membalas kebaikan nak Fikri, dan semoga cepat-cepat di kasih momongan oleh allah taalaa," doa nek Iros sembari mengangkatkan tanga nya di depan dada.

"Aamiin allahuma aamiin nek terima kasih atas doa nya, saya permisi. mari nek," pamit Fikri pada nenek itu.

"Sama-sama mas, hati-hati," balas nek Iros di iringi senyum manis yang terlihat di wajah keriputnya.

Fikri kembali berjalan mendekat ke arah mobil nya yang telah terdapat Ica di dalam nya yang sejak tadi menunggu Fikri, Sang suami.

"Maaf lama sayang," ucap Fikri duduk di tempat pengemudi lalu menutup pintu mobil.

"Gapapa mas,"

"Nihh," Fikri menyodorkan dua kresek hitam pada Ica.

"Apa ini mas?"

"Liat aja," jawan Fikri sembari menyalakan mobil.

"Wahh, jagung sama kue, beli dimana?" jawab Ica di iringi tanya pada Fikri.

"Itu tadi mas liat ada nenek-nenek penjual jagung sama kue, yaudah mas beli buat di perjalanan," balas Fikri.

Ica hanya membalas dengan mengaguk-angukan kepalanya tanda ia mengerti, setelah membaca doa perjalanan, Fikri langsung melesat membelah jalanan yang terbilang tidak terlalu macet. Ya karna hari masih pagi mungkin.

⚫⚫⚫⚫

:)

Cinta Sang Dokter (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang