Chapter 13

153 5 0
                                    

⚫⚫⚫


Yang pertama kali dilakukan saat bangun tidur adalah membuka mata, dan itulah yang sekarang yang dilakukan oleh Ica. Ia menyempurnakan netra nya, lalu ia melihat ke sekeliling penjuru kamar yang terbalut cat warna putih itu.

"Loh udah di kamar?"

"Kapan sampe?"

"Siapa yang ngendong aku ke kamar?"

"Ohh mas Fikri pasti."

Itulah ucapan-ucapan yang muncul dibibirnya, saat ia telah menyadari bahwa ia telah sampai dirumah, dan berbaring dikasurnya.

Drett drett

Suara handpohe milik Alisya berbunyi diatas meja, secepat mungkin Ica mengambilnya. Tertera di layar handpone nya bertulisan 'mamah♡' dengan cepat ia menggeser tombol berwarna hijau itu, kemudian mendekatkan ke telinga nya.

"Halo, assalamualaikum Ca," ucap seseorang disebrang sana yang tak lain adalah Aminah, sang mamah Alisya.

"Waalaikumsalam mah," balas Ica.

"Kamu udah sampe rumah Ca?"

"Udah mah,"

"Emang mamah gak tau aku udah nyampe gitu? Dan terus kenapa mamah telpon, kan bisa langsung naik ke atas mah ke kamar Ica,"

"Ya gak tau lah, orang mamah gak dirumah kok,"

"Lah terus mamah sekarang dimana?"

"Loh, emang kamu gak tau?"

"Ya gak lah orang belum dikasih tau,"

"Suami kamu gak kasih tau gitu? Atau pak dedi sama pak dani?"

"Gak mamah, orang Ica baru bangun kok,"

"Allahuma, ini udah jam 5pagi belum shalat dong?"

"Belum hehe, tadinya mau bangunin mas Fikri. Eh mamah telpon,"

"Yaudah gih shalat dulu, nanti agak siangan ke rumah sakit pelita sehat,"

"Hahhh? Siapa yang sakit? Mamah? Ayah? Kak bani atau ka nisa? Ihh kenapa gak bilang kalo mamah di rumah sakit, kan aku bisa pas malem langsung ke rumah sakit,"

"Kasian kalian kan baru pulang, oh ya kakak kamu mau lahiran,"

"Wahhh,"

"Loh kok wah?"

"Eh hehe, bayinya perempuan laki-laki mah?"

"Belum juga brojol udah nanyain jenis kelaminnya,"

"Yaudah atuya, nanti agak siangan kalian berdua susul ke rumah sakit,"

"Siap bos,"

"Mamah tutup telponnya, assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

Setelah selesai memutuskan sambungan telpon, ia membangunkan suaminya yang berada tepat di sampingnya, yang masih merem, mungkin cape.

Ica terus mengoyang-goyangkan serta memanggil nama sang suami, tapi tidak ada balasan atau deheman. Fikri masih tertidur pulas sangat pulas, Ica tidak menyerah ia masih mengoyang-goyang tubuh Fikri.

Setelah 5menit Fikri tak kunjung bangun, tak ada cara lain yang harus lakukan sekarang selain mencipratkan sedikit air ke wajah Fikri. Bukan tidak sopan atau gimana, karna inilah cara terbaik membangunkan seseorang.

Ica berjalan ke arah meja bulat di depan sopa kamarnya, ia mengambil satu botol aqua, lalu ia menumpahkan sedikit air kemudian menyipratkan ke wajah Fikri.

Berhasil, Fikri langsung membuka netranya menyempurnakan penglihatannya, dan yang pertama kali ia lihat adalah wajah cantik Alisya.

"Ih kamu yang cipratin aku air?"

"Iyah, abis kamu sih dibangunin gak bangun-bangun. Jadi gak ada pilihan lain selain itu hehe,"

"Ayo shalat subuh mas, keburu siang nanti. Oh iya nanti sehabis sarapan kita ke rumah sakit pelita sehat,"

"Lah ngapain?"

"Ih kata mamah kamu tau, dikasih tau sama pak dani,"

"Ohh iya, kak nisa mau lahiran. Lupa aku hehe,"

"Yaudah ah, gih ambil wudhu,"

"Emang kamu udah?"

"Belum hehe,"

"Ihh dasar. Yaudah atuh ayo barengan,"

"Iyah ayo,"

_____________________

Cinta Sang Dokter (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang