Hari sudah semakin siang, kini aku tengah makan dan tentunya di suapi oleh mamah. Dan kini aku juga sudah tau kalau aku adalah anak mamah yang tadi memelukku. Dan memang benar Dokter yang menangani aku itu suamiku, rasanya seperti mimpi bisa jadi istri Dokter.
"Udah Mah, aku kenyang." tolakku dengan menyingkirkan sendok yang terisi makanan.
"Satu suap lagi sayang, sayang loh. Aaaa," kekeuh mamah dengan menyodorkan kembali sendok.
Huftt. Terpaksa deh makan satu suap lagi, tapi tak apa lah toh aku ingin cepet sembuh kok. Oh ya, mamah juga tak hanya menjelaskan keluarga dan suamiku. Ia menjelaskan aku terbaring di kasur rumah sakit ini karna kecelakaan, dan aku hilang ingatan.
Hmm. Pantes aku tak asing dengan pelukan mamah tadi, ternyata oh ternyata dia adalah mamah kandungku hehe.
Bosen terbaring terus di kasur aku ingin pulang dan melihat semua isi rumah. "Mah?" pangilku, otomatis mamah langsung melirikku dengan alis terangkat satu.
"Kenapa sayang?" balas mamah dengan mengelus lembut pucuk kepalaku.
"Aku kapan pulang?" tanya ku, bosen asli gak bohong.
"Gatau nanti tanyain suami kamu aja ya," balas mamah tersenyum manis.
Dan aku menanggapi dengan mengaguk dan tersenyum manis. "Eh Mah?" panggilku lagi, aku kan belum tau siapa nama ku?
"Iya?" balas mamah.
"Nama aslinya aku apa?"
"Alisya Ayudia Alfarizi," aku langsung menanggapi dengan menggaguk sekilas.
Di kamar rawat ini hanya aku dan mamah, papah dan semuanya pulang dulu katanya. Tapi tidak dengan dokter suamiku, kata mamah ia sedang menangani pasien lain.
"Kalo nama aslinya suami aku siapa?"
Kuajukan lagi pertanyaan, kan aku belum tau siapa nama suamiku itu. Biar lah di sebut bawel, toh aku ingin tau secara detail kok.
"Fikri Taufik Jaya," lagi, aku menggaguk sebagai jawaban.
Kulirik ke arah pintu, dan saat itu knop pintu berputar. Itu artinya akan ada yang masuk, siapa ya? Mudah-mudahan suamiku hehe. Entahlah rasaynya aku sangat rindu sekali.
Tak sabar ingin melihat seseorang di balik pintu itu. dan terbuka, seseorang itu masuk ke dalam dan kembali menutup pintu. Huft ternyata oh ternyata dia bukan Fikri, suamiku. Dia para adik iparku, huft sedih dah.
"Assalamualaikum Kak, Mah, apa kabar sekarang kak? Masih sakit kah? Atau ada yang sakit?" pertanyaan itu bak seperti seorang wartawan. Ingin tau!
"Waalaikumsalam," jawabku dan mamah berbarengan.
"Alhamdulillah baik dek hehe,"
"Oh iya kak, ini buat kakak," gadis manis dengan jilbab syar'i itu menyodorkanku bingkisan yang terdapat banyak buah apel, uwaaa aku sukaaa.
"Makasih," ucapku tersenyum dengan menerima sodorannya.
"Sama-sama," balasnya ikut tersenyum.
Mamah yang sejak tadi duduk, ia bangkit dari duduknya. "Syah, Fattah, tolong jaga kakak kalian ya, mamah mau ke kantin bentar." ucap mamah pada kedua adik iparku.
"Iyah Mah siap," balas adik iparku, Fattah.
"Oke Mah," sambung Isyah.
"Mamah ke kantin dulu ya Ca, Assalamualaikum," pamit mamah padaku dengan di akhiri salam.
"Iya Mah, Waalaikumsalam,"
___
Astagfirullah makin gaje ini:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dokter (Slow Up)
Fiksi Umum17+ [Sedikit dan gak banyak mengandung unsur dewasa] Follow sebelum baca :) *** Mencintai setelah menikah itu, INDAH. mau apa-apa gak sungkan, tinggal lakuin aja. kan udah sah. *** ⚠ Cerita ini pertama buat, mohon maaf atas tada baca yang tak sesuai...