Kini Fikri tengah duduk di kursi depan ruangan, sama halnya dengan anggota keluarga Al-farizi juga Aj-jaya.
Fikri menengok kanan dan kiri, ia tengah mencari keberadaan anak kecil tadi.
"Kemana Ara ya?" gumam Fikri dengan menengok kanan kirinya.
"Kenapa Fik?" tanya Faisal, sebab sedari tadi ia melihat Fikri menengok ke kanan dan ke kiri.
"Ara anak kecil tadi dimana Sal?" tanya Fikri melirik ke arah Faisal.
"Oh Ara, tadi bilang mau ke mushala," balas Faisal.
"Ngapain?"
"Konser! Ya shalat lah, oon lo ya,"
"Yeee kalem aja kali,"
"Serah lo dah. Eh gue periksa pasien dulu ya, udah jadwal kontrol nih,"
"Yaudah gih,"
"Oke dah, byee," setelah berpamitan kepada Fikri juga keluarga, Faisal melesat pergi ke arah ruang rawat.
____
"Ya Allah ya tuhan ku, ampuni Ara ya Allah. Gara-gara Ara tante Ica jadi kehilangan dede bayi nya hiks ... gara-gara Ara tante Ica masuk rumah sakit hiks ... ampuni Ara ya Allah ampuni Ara hiks ... sembuhkan lah tante Ica seperti sedia kala ya Allah hiks ..." ucap Ara, setelah selesai dengan melaksanakan shalat dhuzur gadis kecil itu menadahkan kedua tangan dengan berdoa dan menangis sejadi-jadinya.
Tanpa di ketahui, seseorang pria mendengar semua doa-doa Ara, perlahan ia berjalan mendekati gadis kecil itu yang tengah menangis.
"Ara?" panggil pria itu dengan lembut.
Sang empu yang dipanggil membalikan badannya, setelah ia menghapus air mata yang membasahi pipinya.
"Om ...," Ara langsung berlari ke arah pria itu, ia langsung memeluk pria itu dengan erat dan menangis di dalam pelukannya.
"Ara sayang, sstt udah jangan salahin diri kamu sendiri ya sayang. Semua sudah kehendak Allah sayang, om ikhlas kok calon bayi om di ambil lagi sama Allah, mungkin ini suatu cobaan yang harus om lewati, dan mungkin Allah tengah menguji ke ikhlasan om,"
Fikri, ya pria itu Fikri. Dengan lembut Fikri menjelaskan, dan sesekali ia usap dan kecup pucuk kepala gadis mungil itu.
"Sekarang Ara mau pulang? Om anterin ya?" Fikri melepaskan pelukannya secara perlahan, dan berjongkok mensejajarkan dengan badan Ara.
Ara tidak mejawab pertanyaan dari Fikri, ia malah menundukan kepalanya dengan wajah yang mengisyaratkan kesedihan.
"Rumah Ara dimana?" kali ini Ara membalas dengan menggelengkan kepalanya.
"Kok geleng? Ara lupa rumah Ara dimana?" lagi dan lagi Ara menjawab dengan gelengan pelan.
"Kok geleng lagi, ayo bilang om biar om anter pulang," lagi, lagi dan lagi Ara kembali menjawab dengan gelengan pelan.
"Kenapa? Jangan nunduk, ayo liat om dan jawab pertanyaan om dimana rumah Ara?" seperti jawaban sesudah, Ara menggelengkan kepalanya lagi.
Fikri ngangkatkan dagu Ara, setelah mereka bertatapan Fikri melihat kesedihan di mata milik Ara.
"Ara kenapa?"
"Ara gak punya rumah hiks ... Ara gak punya ayah hiks ... Ara juga gak punya mamah hiks ... sekarang Ara gak tau harus pulang kemana hiks...," jelas Ara dengan derai mata yang terus mengalir melewati pipi milik Ara.
Fikri kembali memeluk Ara, dan detik berikutnya Fikri melepaskan pelukannya seraya berbicara. "Ara tinggal sama om mau?"
Mendapat pertanyaan itu, Ara menundukan kepalanya dan berbicara. "Ara gak mau ngerepotin om sama tante Ica," jawab Ara yang masih setia menundukan kepalanya.
"Gak ngerepotin kok, malah om seneng Ara tinggal di rumah orang tua om,"
"Beneran om?" Ara langsung menatap Fikri, dan Fikri menjawab dengan mengganguk mantap.
"Tapi ... tante Ica?" Ara kembali menundukan kepalanya.
"Pasti seneng kok,"
"Ara mau yah?" lanjut Fikri mengangkat dagu Ara.
Ara langsung menjawab dengan mengangukan kepalanya.
"Yaudah Ara tunggu disini, om shalat dulu. Nanti kita ke ruangan tante Ica ya," Ara hanya membalas dengan mengagukan kepalanya, lagi.
____
Mon maaf aku gak bisa bikin kalian ngeluarin air bening di mata kalian:(
Aku gak bisa hiks...
![](https://img.wattpad.com/cover/222761262-288-k816209.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dokter (Slow Up)
General Fiction17+ [Sedikit dan gak banyak mengandung unsur dewasa] Follow sebelum baca :) *** Mencintai setelah menikah itu, INDAH. mau apa-apa gak sungkan, tinggal lakuin aja. kan udah sah. *** ⚠ Cerita ini pertama buat, mohon maaf atas tada baca yang tak sesuai...