Ara dan juga temannya itu telah kembali dengan menenteng plastik yang telah berisi baso tahu didalamnya.Mereka berjalan ke arah Ica dengan beriringan. "Ayo, duduk." Ica mempersilahkan kedua bocah itu duduk disampingnya, ia menggeser sedikit ke dekat Fikri.
"Mau, Ayah bukain gak?" tanya Fikri pada putrinya.
Ara yang baru saja akan mengigit ujung plastik itu menatap ke sang Ayah, ia mengagukan kepalanya seraya memberikan plastik tersebut.
Dedev, bocah mungil itu menatap Fikri dan Ara secara bergantian, ada rasa sedih dimatanya, seperti tengah memikirkan sesuatu, tapi entah apa.
Ica yang merasa heran Dedev menatap Fikri dan Ara segitunya mengelus lembut rambut pendek milik Dedev. "Kenapa, Sayang?"
"Dedev kangen Bapak, kapan ya Dedev bisa dibukain plastik kaya gitu lagi sama Bapak." bulir bening dimata bulat milik Dedev turun saar ucapannya terucap. Gadis itu hanyut dengan pemikirannya, air matanya terus mengalir tanpa tau berhenti.
Ica sedikit bergeser ke arah Dedev yang terhalang oleh Ara, Ica mengusap air mata Dedev dengan lembut. "Bapak Dedev, kemana? Kerja, ya?"
Dedev menatap manik milik Ica, air matanya semakin turun melewati pipi gembul miliknya. Ia menghapus sisa air matanya, meski air mata itu tak kunjung berhenti.
"Kata Mamah, bapaknya Dedev udah kepelukannya Allah, bapak Dedev udah seneng disana meski gak bareng Dedev, Dedev rindu Bapak. Kapan ya Dedev bisa liat wajah bapak lagi?" netra gadis kecil itu menatap langit di atas. "Apa bapak Dedev ada disana, ya?" lanjutnya, air mata itu tak berhenti sama sekali.
Ica yang mendapat jawaban dari Dedev merasa bersalah, ia segera mendekat ke arah Dedev dan memeluknya erat. "Maafin Tante, Sayang. Tante gak tau."
"Gak usah minta maaf, Tante. Tante gak salah kok." gadis itu menunjukan senyumannya, tapi air mata itu masih seperti tadi, mengalir tanpa mau berhenti.
Ica mempererat pelukannya, sesekali ia cium rambut milik Dedev dengan lembut.
"Tante?" panggil Dedev pada Ica, Ica segera melepaskan pelukannya dan menatap Dedev.
"Kenapa, Sayang?"
"Kata Mamah, kalo Dedev kangen bapak liat ke atas. Tapi sekarang Dedev kangen liat ke atas kok gak ada wajah bapak, ya? Apa bapak marah ke Dedev karena Dedev cengeng?" gadis itu kembali menatap langit biru diatas, tak ada gambaran wajah diatas sana, bahkan hanya awan putih dan matahari yang terlihat oleh netra Ica.
"Yaudah, Dedev jangan nangis lagi ya? Ayo makan tuh baso tahu nya, apa mau Tante bukain?" tawar Ica dengan tersenyum menatap Dedev.
"Eh, iya. Dedev sampe lupa sama baso tahunya Dedev, gak usah Tante, Dedev bisa sendiri kok."
Setelah menghapus sisa air mata yang telah reda itu, gadis mungil itu segera membuka ujung plastik dan memakannya dengan nikmat.
"Tante, Om, mau?" tawar Dedev pada Ica dan Fikri. Fikri dan Ica menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
***
Dedev telah pamit lima belas menit yang lalu kepada Fikri, Ica dan Ara. Ia kembali ke tempat sang ibunda disana.
Kini keluarga kecil Fikri telah selesai makan dan bermain ditaman kota, mereka berencana akan pulang dan istirahat.
Mobil milik Fikri berjejer diantara mobil-mobil lainnya, jalan raya hari ini cukup padat sampai-sampai jalanan macet. Ditambah hari semakin panas dan membuat keringan terus bermunculan.
Sekitar lima menit mobil Fikri berjejer dijalan, akhirnya mobil itu telah bebas dari macet jalanan.
Fikri menjalankan mobil diatas rata-rata, ia fokus kearah depan dengan mengendarai mobilnya.
Didepan sana ada sepertigaan jalan, seharusnya Fikri belok jalan ke arah kanan untuk sampai dirumah sang Ayah. Tapi kini, mobil itu tak belok kesana. Melainkan belok kanan entah kemana.
"Lah, kenapa belok kiri, Mas? Lupa ya?" Ica yang mulai heran bertanya langsung untuk membuat rasa heran pada suaminya heran.
Fikri acuh, ia tak merespon ucapan Ica. Pria itu tengah fokus ke jalanan.
***
Fikri menghentikan mobilnya di halaman rumah berwarna hijau dengan taman bunga disampingnya. Tak lupa ayunan yang dihias sekian rupa terpampang indah didekat taman.
"Rumah siapa, ini? Ngapain kesini? Ayo pulang." Ica menarik lengan Fikri

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dokter (Slow Up)
Fiksi Umum17+ [Sedikit dan gak banyak mengandung unsur dewasa] Follow sebelum baca :) *** Mencintai setelah menikah itu, INDAH. mau apa-apa gak sungkan, tinggal lakuin aja. kan udah sah. *** ⚠ Cerita ini pertama buat, mohon maaf atas tada baca yang tak sesuai...