Keesokan harinya ...
Udara subuh menembus kulit kedua insan yang tengah tertidur pulas itu, keduanya masih berada dialam mimpi mereka masing-masing.
Netra wanita memakai baju tidur itu mengerjapkan matanya, kala sinar lampu tidur menembus matanya.
"Euugh!" wanita itu mengeliat, dan sedikit demi sedikit netranya terbuka hingga pandangan yang buram menjadi jelas.
Ica, wanita itu melirik ke arah jam dinding yang berada tepat di atas sana yang masih menunjukan pukul empat subuh. Setelah kesadarannya kembali, Ica bangkit dan mengosok-gosokkan matanya.
Wanita itu menatap suaminya yang masih setia menutup matanya sempurna, ia menggoyang-goyangkan tubuh suaminya agar bangun.
"Bangun, Mas! Sebelum Ara bangun, nanti dia heran lagi kita kemana." ucap Ica dengan terus menggoyang-goyang tubuh Fikri.
Fikri tak merespon ucapan Ica, pria itu malah menaikan selimutnya hingga batas dada.
"Ayoo, Mas!" ajak Ica lagi pada suaminya.
"Ayoo, ih!"
"Maass!"
"Buruan, Mass!"
Fikri membuka matanya sedikit, kemudian tangan pria itu akan membuka bajunya. "Ehhh! Mau ngapain?" cegah Ica dengan memengang tangan Fikri yang akan membuka bajunya.
"Kata kamu ayo," balas Fikri dengan suara parau dan netra yang masih menutup.
"Ihh apaan, sih! Bangunn ... bangun ... cepet bangun," Ica bernyanyi seolah-olah tengah konser, wanita itu masih menggoyangkan tubuh suaminya.
"Dua menit lagi, Sayang." balas Fikri dengan netra masih menutup.
Ica menghembuskan napasnya, wanita itu mengusap lembut puncak kepala Fikri, sesekali ia kecup rambut pria itu dengan lembut.
Menit berikutnya, Fikri tak kunjung bangun dari tidurnya dan Ica yang sejak beberapa menit yang lalu mengelus rambut Fikri merasa bosan, wanita itu kembali menatap suaminya dan menggoyangkan tubuh pria itu. "Masss, bangun. Masssss!" ucap Ica dengan menarik keras hidung sang suami.
Fikri yang tertidur pulas merasa terganggu dengan apa yang Ica lakukan, pria itu mengusap hidungnya seraya mengeliat hingga tubuh pria itu menjadi tengkurep.
"Astagfirullah! Aku siram pake seember air tau rasa kamu!" ancam Ica pas ditelinga Fikri.
***
Seribu satu cara telah Ica lakukan untuk membangunkan Fikri telah berhasil, pria itu telah siap dan telah rapi dengan kemeja berwarna biru toskanya.
"Mau kemana, Mas?" Ica menatap heran suaminya, hari ini 'kan suaminya itu tak kerja, jadi kenapa pake baju rapi?
"Kerumah sakit?" tanya Ica lagi pada suaminya.
"Ya enggak, 'kan sekarang kita mau pindahan Sayang," balas Fikri dengan menggulung baju lengannya hingga batas siku.
"Kok rapi banget?" tanya Ica dengan menyisir rambutnya.
"Lah, 'kan mau pindahan, jadi harus rapi dong biar tetangga baru kita liat keluarga kita itu orang yang rapi." jelas Fikri menatap Ica yang tengah duduk dikursi riasnya.
"Oh ... jadi, mau caper ya?!" sewot Ica memalingkan wajahnya kearah lain.
"Ya, ya bukan gi--," ucapan Fikri terpotong kala Ica menyerobot ucapannya.
"Mau diganteng-ganteng biar tetangga janda godain kamu, ya? Atau jangan-jangan kamu mau caper ke para gadis dikomplek sana? Oh pasti kamu mau so baik biar ditaksir wanita lain?!" ucap Ica dengan penuh emosi.
Fikri yang mendengar ucapan demi ucapan Ica membulatkan matanya, tawa pria itu hampir mau meledak tapi ia segera menutup mulutnya oleh tangan.
"Iya 'kan? Ngaku kamu!" lanjut Ica menatap ganas Fikri.
"Eng--,"
"Aku tau kamu mau ngomong enggak, tapi itu cuman alesan 'kan? Au ah aku ngambek!" wanita itu segera menyambar jilbabnya kemudian memakainya, dan wanita itu melangkahkan kaki menjauh dari tempat suaminya.
Fikri menatap kepergian sang istri. "Lahh?" ucap Fikri kala pintu kamar ditutup dengan keras.
"Ngapa dengan istriku? Kesambet setan ngambek atau lagi PMS ya? Marah-marah mulu, heran." tanya pria itu pada dirinya sendiri.
"Tapi, gue harus pake baju apa? Baju gembel gitu biar gak disanggka caper? Ampun dah, pusing pala aye." gumam pria itu bingung setengah mati.
Bersambung ...
Tinggalkan jejak! Biar aku up nya gak seminggu sekali 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Dokter (Slow Up)
Ficción General17+ [Sedikit dan gak banyak mengandung unsur dewasa] Follow sebelum baca :) *** Mencintai setelah menikah itu, INDAH. mau apa-apa gak sungkan, tinggal lakuin aja. kan udah sah. *** ⚠ Cerita ini pertama buat, mohon maaf atas tada baca yang tak sesuai...