Bab 2 - Penelepon Misterius

1.8K 185 16
                                    

Penelepon Misterius

Saat Ellena memasuki kafe yang disebutkan penelepon misterius tadi, dengan Zane yang berkeras mengikuti di sebelahnya, di meja sudut kafe, seorang gadis berambut lurus sepunggung, sebagian wajahnya tertutup topi baseball yang ia kenakan, melambai padanya. Gadis itu memakai jaket baseball biru-putih di atas kaus tipis berwarna putih.

Begitu Ellena dan Zane berdiri di hadapannya, gadis itu tampak panik melihat Zane. Ia sudah berdiri, sepertinya bersiap melarikan diri, maka Ellena bergegas menahan tangannya dan berkata,

"Nggak pa-pa. Dia temanku. Kamu bisa percaya sama dia."

Gadis itu menatap Zane sekali lagi, lalu menatap Ellena. Ia tampak lega ketika kembali duduk.

"Akhirnya aku bisa nemuin kamu," ucap gadis itu.

Ellena duduk di kursi di depannya, sedikit menunduk untuk mengecek wajah gadis itu, tapi gadis itu malah mendengus geli.

"Bahkan meskipun kamu lihat wajahku, kamu nggak bakal ingat aku," ia berkata.

Ellena mengerutkan kening bingung. Lalu ... bagaimana bisa gadis itu mengenalnya?

"Aku Athena," gadis itu berkata.

"Athena?" Ellena mengulang ragu. Dia benar-benar punya nama seperti itu?

"Terserah deh kamu mikir apa juga, tapi ya, itu nama yang dikasih Papa ke aku," jengah gadis itu menjelaskan.

Ellena mengangguk-angguk. "Trus ... ada perlu apa kamu nyari aku? Kamu ... gimana kamu bisa kenal aku? Tahu nomerku dan ..."

"Aku udah tahu kamu sejak lama. Kamu aja yang nggak ingat aku," Athena berkata.

Kening Ellena berkerut dalam.

"Yang jelas, aku sekarang butuh bantuanmu. Kamu harus bantu aku pergi dari sini. Kamu bisa kan, nyiapin identitas palsu buat aku? Aku benar-benar harus pergi dan satu-satunya orang yang bisa aku mintai tolong cuma kamu. Seenggaknya, mereka nggak bakal nyakitin kamu," rentet Athena.

Ellena masih tak mengerti. Kenapa dia?

"Aku nggak punya waktu buat ngejelasin, tapi kamu harus percaya sama aku. Aku bukan orang jahat. Cuma kamu yang bisa bantuin aku. Cuma kamu yang bisa aku mintai tolong tanpa bikin kamu terluka. Kalau aku minta tolong ke orang lain, mereka bakal celaka. Makanya, aku ... nggak punya pilihan lain. Tolongin aku, Ellena. Please?" Athena memelas.

"Aku nggak tahu wajahmu dengan jelas dan aku nggak tahu siapa kamu. Kenapa aku harus ..."

"Karena kamu berutang nyawa sama aku," tandas Athena.

Ellena mengerjap.

Di depannya, Athena mendesah berat, lalu melepaskan topinya, menyibakkan poni, menunjukkan pada Ellena bekas luka di kening kirinya.

"Aku hampir mati gara-gara nyelamatin kamu waktu itu dan waktu itu kamu janji, kamu bakal ngelakuin apa pun buat ngebalas pengorbananku itu. Tapi, waktu itu ... kamu terus ngilang dan ..." Athena tampak ragu untuk melanjutkan, lalu ia kembali memakai topinya.

"Semuanya bakal lebih mudah kalau kamu bisa ingat itu, tapi aku berharap kamu nggak bisa ingat tentang kejadian itu," Athena berkata lagi, suaranya mendadak terdengar muram. "Tapi, cepat atau lambat, kamu harus tahu tentang itu juga karena bentar lagi, orang-orang itu bakal berusaha nyari kamu."

Sungguh, ia tak pernah bisa lebih bingung lagi daripada saat ini. Gadis ini ... Athena ... siapa dia sebenarnya?

***

I'm With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang