Mengembalikan Senyummu
Zane tak percaya Darrel sampai mengikuti Athena ke Athena. Dengan sembunyi-sembunyi pula. Bahkan pria itu juga mengambil penerbangan yang sama dalam perjalanan pulang mereka. Seolah itu belum cukup, selama seminggu penuh, Darrel nyaris tidak pernah pergi dari depan gerbang rumah Zane. Bersembunyi di dalam mobil, sembari diam-diam mengawasi Athena.
Tapi sayangnya, sejak mereka kembali dari Athena minggu lalu, Athena juga tidak keluar rumah. Tidak mau pergi ke mana pun. Bahkan keadaannya pun tidak banyak berubah. Memang dia sudah tidak mengurung diri di kamar. Tapi, dalam banyak kesempatan, Zane mendapati Athena melamun, dengan pikiran kosong.
Terkadang di tengah malam, Athena akan turun ke ruang keluarga, menatap ke layar gelap televisi dengan tatapan kosong, dan menangis tanpa suara. Ellena tentu khawatir ketika dia tahu tentang itu, tapi Zane mengatakan pada Ellena jika Athena butuh waktu. Hanya itu yang bisa mereka berikan. Ketika mereka di Athena waktu itu, Athena sudah sedikit membaik, tapi kembali kemari tampaknya kembali mengingatkan Athena pada kehilangannya.
Zane dan Ellena sendiri memutuskan untuk memberikan waktu pada Athena. Apalagi Zane juga tahu betapa Athena merasa bersalah karena dia menyiksa tubuhnya sendiri dengan tidak makan selama seminggu di rumah Darrel. Zane dan Ellena bahkan tak lagi berani mengungkit itu, pun tak berani mengatakan jika itu bukan kesalahan Athena, karena belakangan itu justru membuat Athena semakin merasa bersalah.
Seolah Zane belum cukup dipusingkan dengan masalah itu, sore itu, Darrel melakukan sesuatu yang sangat gila. Dia datang ke rumah Zane. Jelas pria itu sudah gila.
Satu setengah bulan sudah Athena tidak melihat Darrel. Ketika Athena melihat Darrel memasuki ruang tamu setelah seorang pelayan membukakan pintu untuknya, Athena langsung berdiri dari kursinya, melemparkan tatapan dingin penuh kebencian pada Darrel, sebelum pergi ke kamarnya.
Zane yang baru keluar dari ruang kerjanya, melihat Darrel masih menatap ke arah tangga, ke punggung Athena. Pria itu mendengus pelan, dan dari pikirannya, Zane mendengar,
'Kalau emang kamu marah, kamu bisa mukul aku, ngehajar aku. Kenapa kamu cuma diam dan pergi kayak gitu?'
Darrel ... benarkah dia menyukai Athena?
***
"Habis balik dari Athena, dia emang udah nggak lagi ngurung diri di kamar. Tapi, dia masih banyak ngelamun. Aku sama Ellena mutusin buat ngasih dia waktu. Kalau sampai bulan depan dia masih kayak gitu, aku berencana bawa dia ke psikiater. Dia bahkan sering ngelamun pas makan."
Kata-kata Zane itu kembali terngiang, sukses mengusik Darrel. Darrel menghela napas ketika menatap ke arah rumah Zane dari dalam mobilnya yang terparkir di depan gerbang rumah pria itu.
"Ada masalah?" tanya Sam.
Darrel mendesah berat. "Athena," sebutnya.
Sam menatapnya bingung. "Dia kenapa?"
Darrel menggeleng. Ia memejamkan matanya, penat, frustrasi, bingung. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia bahkan tak tahu apa yang disukai Athena. Satu-satunya hal yang ia tahu adalah apa yang dibenci Athena. Yaitu dirinya.
Tapi, apa yang dia sukai ... ah, Darrel bahkan nyaris tak pernah melihat Athena tersenyum, apalagi tertawa. Jika bukan karena gadis yang ternyata adik ipar Zane itu, Darrel tidak akan pernah tahu jika Athena memiliki lesung pipi secantik itu. Jika bukan karena gadis itu ....
"Cewek itu!" seru Darrel seraya menatap Sam. "Adik iparnya Zane, istri adiknya Zane. Namanya ... Veryn. Aku ingat Athena manggil dia pakai nama itu. Cari tahu dia ada di mana sekarang," burunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Non-FictionMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...