Senyum Dari Masa Lalu
Pagi itu, mereka sarapan di dek di luar ruang makan, sembari menikmati sinar matahari pagi yang hangat. Ellena memperhatikan Athena yang tampak lebih riang pagi itu, entah apa alasannya, dan Ellena senang melihatnya. Gadis itu bahkan menanggapi semua pertanyaan penasaran Veryn tentang pekerjaannya.
Ellena tersentak pelan ketika tangan Zane menangkup tangannya. Ellena menoleh dan tersenyum pada pria itu.
"Makasih ya, udah bawa kita semua ke sini," ucapnya tulus.
Zane mengangguk.
"Athena kelihatan beda hari ini," ucap Ellena lagi.
"Beda gimana?" tanya Zane.
Ellena tersenyum. "Dia lebih banyak senyum, lebih banyak omong, lebih senang cerita tentang dirinya, dan dia kelihatan lebih nyaman."
"Kamu senang?" tanya Zane geli.
Ellena mengangguk kuat. "Aku lega, dia udah baik-baik aja kayaknya."
Zane mengulurkan tangannya, menyentuh wajah Ellena lembut. Ketika Zane menunduk ke arahnya, Ellena mengangkat alis, tapi Zane mengabaikan protesnya, sampai sebuah suara menghentikan Zane sebelum bibirnya menyentuh bibir Ellena,
"Zane, seriusan deh! Ini masih pagi!"
Ellena dan Zane menoleh pada Athena. Sementara Ellena tersenyum geli, Zane tampak kesal.
"Ciuman selamat pagi," desis Zane membela diri.
Athena mendengus. "Kamu bukannya bilang ini liburan buat cewek-cewek, ya? Jadi, selama kita di sini, kamu ngalah dikit, dong," protes Athena. "Lagian, ntar kalau kita balik kan kamu bisa ngabisin banyak waktu sama Ellena lagi. Ini Veryn kan yang bentar lagi harus pisah sama kita."
Zane menghela napas berat, lalu memundurkan tubuh dan bahkan melepaskan tangan Ellena yang masih digenggamnya. Ia mengangkat kedua tangannya, menyerah.
Athena tersenyum puas dan saat Ellena menoleh ke samping, dilihatnya Zane tersenyum geli. Melihat itu, entah kenapa Ellena merasa senang, lega.
"Dua lawan satu, Ell. Aku bisa apa?" Zane berkata pelan padanya.
Ellena tersenyum geli. Tapi, ia menyempatkan mencium pipi Zane sekilas sebelum berpindah ke kursi di sebelah Veryn dan mengungkapkan keinginannya untuk berjalan-jalan ke hutan. Sejak ia pertama datang ke sini, entah kenapa ia begitu tertarik dengan hutannya.
***
Athena menahan napas saat mendengar keinginan Ellena untuk pergi ke hutan. Tapi, Athena segera tersenyum saat Ellena menatapnya.
"Kelihatannya seru ya, jalan-jalan di hutannya itu," Ellena berkata.
Apa Ellena mengingatnya? Saat ia dan Athena tersesat di sana? Saat Athena terjatuh dan menangis karena lututnya berdarah, lalu Ellena melepas bandana kesayangannya untuk menutup luka di lutut Athena hingga Athena akhirnya berhenti menangis.
"Kayak di film Twilight," cetus Veryn. "Ntar kita ketemu vampir cakep di sana." Veryn tersenyum lebar.
Athena seketika meringis mendengar itu, sementara Zelo sudah berkomentar, "Veryna Sayang, tolong, itu cuma fiksi. Khayalan. Kha-ya-lan." Pria itu berhasil mengatakannya dengan cara semenyebalkan mungkin, membuat Veryn mendesis kesal.
"Ntar kita jalan-jalannya nggak usah sama dia nggak pa-pa, kan?" Veryn berkata pada Athena dan Ellena yang sudah tersenyum geli.
"Aku sih oke aja," Athena berkata.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Non-FictionMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...