Bab 68 - Cinta yang Egois

722 96 10
                                    

Cinta yang Egois

Saat Ellena terbangun pagi itu, Zane sudah duduk di tepi tempat tidur dan tersenyum padanya.

"Good morning," Zane menyapa Ellena, sebelum menunduk dan mencium kening Ellena.

"Apa ini?" Ellena mengangkat alis ketika Zane menarik diri.

Zane tersenyum. "Aku masak buat sarapan."

"Roti?" tuduh Ellena.

Zane tergelak, menggeleng. "Omelet. Tapi, yang ini nggak aneh-aneh kayak punya Veryn."

Ellena tertawa seraya memukul lengan Zane. "Kamu tuh ya, untung nggak ada Veryn di sini."

"Pasti aku udah dimasak kalau dia dengar, ya?" balas Zane.

Ellena tersenyum geli. Selama beberapa saat, ia hanya menatap Zane. Ketika Zane kembali menunduk, pria itu mencium bibirnya lembut. Ellena baru akan membalas ciumannya ketika pria itu menarik diri. Ellena mengangkat alis bertanya, dan Zane meringis.

"Aku nggak setangguh Zelo, anyway," ucap Zane, kontan membuat wajah Ellena memerah. "Begitu masalah kita di sini selesai, aku bakal langsung bawa kamu ke tempat di mana Athena, Veryn, atau Ronnie, nggak bakal bisa nemuin kita. Aku nggak bakal ngebiarin mereka gangguin acara bulan madu kita," ucap Zane penuh tekad, membuat Ellena memukul lengannya dan tersenyum geli.

"Kemarin kita ngeganggu acara bulan madunya Zelo sama Veryn juga, kan?" sebut Ellena.

"Nggak usah diganggu juga Zelo nggak benar-benar bulan madu sama Veryn. Cuma jalan-jalan doang kan, mereka?" sahut Zane geli seraya mengulurkan tangannya.

"Cintanya Zelo buat Veryn tuh kalau diukur nggak bakal bisa kali, ya?" Ellena menerima uluran tangan Zane dan beranjak duduk.

"Same goes for my love for you," Zane membalas seraya menarik Ellena dalam peluknya dengan tiba-tiba. "Aku cinta sama kamu, Ellena," ucap Zane kemudian.

Ellena tersenyum. "Aku juga, Zane. Aku juga," ia membalas. Ia merasakan Zane mencium puncak kepalanya.

Ada apa dengan Zane hari ini? Biasanya dia akan sibuk di ruang kerjanya, tapi pagi ini ia menunggu Ellena bangun. Bahkan menyambut Ellena dengan sangat manis.

"Kalau kita nggak turun, bisa-bisa Athena ngamuk nungguin kita di bawah," Zane berkata, membuat Ellena mendorong Zane dan beranjak bangun untuk pergi ke kamar mandi.

"Apa aku barusan kalah sama Athena? Lagi?" protes Zane dari luar kamar mandi.

Ellena hanya tersenyum geli tanpa menjawabnya.

***

Usai sarapan, Zane mengajak Ellena ke lapangan basket di samping rumahnya.

"Aku nggak bisa main basket, Zane. Aku udah sering bilang, kan?" ucap Ellena.

Zane mengangguk. "Ada yang mau aku omongin sama kamu."

Ellena mengangkat alis. "Di sini?"

Zane menggeleng. "Sekarang temanin aku main basket dulu."

Ellena mendengus pelan, tapi ia tak menolak. Ia duduk di sisi lapangan dan tatapannya tak lepas dari Zane yang men-dribble bola oranye di tangannya, sementara dalam pikirannya, ia sibuk menyusun kata-kata. Zane berlari ke arah ring dan melompat, tapi lay up-nya tak masuk.

Zane mengambil bola, kali ini berusaha melakukan tembakan dari tengah lapangan, dan gagal juga. Tak menyerah, Zane mengurangi jarak dari ring, tapi tetap saja tembakannya meleset. Ketika ia masih tak bisa mencetak skor di tembakan keempatnya, ia mulai frustrasi dan akhirnya melakukan dunk, mencetak skor pertamanya.

I'm With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang