Bab 82 - Hate or Care?

804 111 28
                                    

Hate or Care?

"Kamu nggak ada kerjaan ke kantor atau apa gitu?" Suara sinis Athena itu membuat Darrel menoleh ke arah gadis itu.

Saat ini, mereka berada di perpustakaan milik ayah Darrel. Tempat yang tak pernah dimasuki Darrel semenjak ayahnya meninggal. Hingga hari ini, ketika Athena berada di sini, dan Darrel mengikuti gadis itu.

"Nggak. Libur seminggu. Jatahnya sih, buat honeymoon," jawab Darrel enteng. "Kamu mau pergi honeymoon ke mana?"

Athena mendecih kasar. "Mending aku tenggelam di laut daripada pergi sama kamu."

Darrel mengangguk. "Ntar aku bisa nyariin tempat yang nggak ada lautnya."

Athena memutar mata. "Apa kamu nggak ada kerjaan? Selain bikin aku kesal, maksudku."

Lagi-lagi bibir manis Athena itu. Tak ingin mengecewakan Athena, Darrel menanggapi, "Mungkin aku emang hidup buat itu. Bikin kamu kesal."

Ia lantas berjalan ke sofa di perpustakaan itu dan berbaring di sana. Athena sempat menatapnya kesal, sebelum ia membawa tiga buku sekaligus dari raknya ke sofa, tapi mengambil tempat di sofa yang berada paling jauh dari Darrel.

Tak ada satu pun yang berbicara setelahnya. Hanya terdengar suara lembar demi lembar kertas yang dibalik Athena. Darrel lantas menatap sekeliling ruangan itu. Para pelayan tak pernah absen sehari pun membersihkan ruangan ini. Ruangan favorit ayahnya di rumah ini. Ruangan tempat Darrel dan ayahnya sering menghabiskan waktu bersama. Dulu.

Darrel lalu menoleh pada Athena, mengerutkan kening melihat judul buku yang dibawa Athena. Buku dongeng favorit Darrel. Ya, buku dongeng. Sejak kecil, Darrel suka membaca buku dongeng. Hingga saat ini.

Darrel segera memalingkan wajah ketika Athena tiba-tiba mendongak dan menatapnya. Darrel pura-pura sibuk menatap langit-langit ruangan itu.

"Dari tadi aku penasaran," ucap Athena. "Kenapa ada banyak banget buku dongeng di sini? Dongeng lokal, dongeng luar. Apa ada anak kecil yang tinggal di sini?"

Darrel menatap Athena. "Kenapa kamu penasaran?" balas Darrel ketus.

Athena mendengus. "Nggak jadi, deh. Aku yang bego mau ngajak kamu ngomong."

Darrel tak menanggapi. Athena mungkin akan menertawakan Darrel jika tahu itu semua milik Darrel. Sejak ia masih kecil, ia hanya tinggal dengan ayahnya. Darrel masih ingat dengan jelas, setiap malam ayahnya akan membacakan dongeng untuknya. Sesibuk apa pun ayahnya, tak pernah sekali pun ia tak membacakan dongeng untuk Darrel.

Bahkan meski Darrel sudah SMP, SMA, kuliah, hingga saat ini, ia masih menyukai dongeng-dongeng itu. Mungkin buku-buku itu adalah satu-satunya cahaya yang ia miliki dalam hidupnya yang gelap ini. Setidaknya, itulah yang dulu dikatakan ayahnya.

"Kalau kamu merasa hidupmu berat, kamu coba baca cerita-cerita ini. Setiap masalah itu pasti berakhir. Entah itu berakhir baik atau berakhir buruk. Tapi, yang terpenting bukanlah akhirnya, melainkan prosesnya. Proses itulah yang harus kamu pegang. Bukan hanya hasilnya."

Tidak semua dongeng-dongeng itu berakhir indah. Tapi toh, tidak lantas dongeng itu menjadi tidak berharga. Selalu ada pesan yang bisa diambil dari setiap ceritanya. Pesan yang seringnya diabaikan Darrel. Dengan kehidupan yang gelap bahkan sejak ia masih kecil, bagaimana bisa ia percaya hal-hal seperti itu? Ia hanya suka membaca dongeng, karena itu adalah kepingan kenangan indah yang dimilikinya dengan ayahnya.

Sejak kecil, ia dididik dengan keras di pagi hari, dan mendapat kasih sayang ayahnya sepenuhnya di malam hari. Jika pagi hari, selain sekolah, ia akan belajar bela diri, bertarung, berlari, kabur, dan hal-hal seperti itu. Tapi di malam hari, ayahnya akan mengajaknya mengobrol di perpustakaan ini setelah makan malam, terkadang menemaninya mengerjakan tugas, terkadang mengajaknya mengobrol tentang apa yang dilakukannya seharian tadi. Dan sebelum tidur, ayahnya akan membacakan dongeng untuknya.

I'm With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang