Duka
"Kamu ... mau ke mana?" tanya Ellena, gagal menyembunyikan kecemasannya saat Zane pamit untuk keluar sebentar dengan Kris.
Zane tersenyum. "Bentar aja. Ntar malam kita makan di luar," ia menenangkan Ellena.
Tapi, Ellena tidak peduli bahkan meskipun mereka melewatkan makan malam. Ia hanya ingin tahu, ke mana Zane akan pergi, akankah pria itu menghadapi bahaya lagi, akankah dia kembali dalam keadaan terluka lagi?
Tapi, bahkan tak satu pun pertanyaan itu bisa lolos dari bibirnya yang terkatup rapat. Ellena mengepalkan tangannya erat.
"Aku ..." Kalimat Ellena terputus ketika tiba-tiba Zane menghampirinya dan memeluknya.
"Aku janji aku bakal baik-baik aja," pria itu berkata.
Ellena mendesah pelan. "Hati-hati," pesannya.
Ia bisa merasakan Zane mengangguk, tapi pria itu kembali mengejutkannya saat ia mendaratkan kecupan ringan di ujung kepalanya. Untuk apa itu tadi? Karena toh teman-teman Zane sudah tahu jika pernikahan mereka tidak seperti yang mereka pikir, jadi Zane dan Ellena tidak perlu berpura-pura di depan mereka. Tapi, Ellena bahkan tak sempat bertanya, ketika Zane sudah berbalik dan berjalan ke arah pintu.
Ellena hanya bisa menghela napas berat memandangi kepergian Zane.
***
Zane merasa ada yang aneh saat dia tiba di kafe Stephen. Kali ini, ia masuk bersama Kris, siap dengan pistol masing-masing di tangan. Tapi, apa yang menyambut mereka di dalam kafe membuat Zane dan Kris saling bertukar pandang ngeri.
Dua karyawan pria Stephen tergeletak di lantai dengan wajah babak belur, sementara meja dan kursi hancur berserakan di sekitar mereka. Kris dan Zane masing-masing memeriksa mereka berdua. Zane mencelos mendapati pria bertato ular di lengannya itu sudah tak bernyawa. Saat ia menatap Kris, anak itu juga menggeleng. Keduanya tewas.
Zane dan Kris berdiri lagi, lalu terdengar suara gemirisik dari balik meja kasir. Zane melompati meja dan di sana ia melihat satu-satunya karyawan perempuan di kafe itu juga dalam keadaan sama mengerikannya, darah mengalir dari pelipis dan matanya, sementara kakinya sepertinya patah.
"Stephen ... save him ... please ..." Suara gadis itu terdengar begitu lemah, putus asa.
Zane menoleh pada Kris yang melongok dari atas meja kasir. "Dia masih hidup, tolong kamu urus dia. Aku bakal ke atas," ia berkata.
Kris mengangguk.
Zane bergegas menaiki tangga sempit itu, berlari sepanjang koridor hingga ke kamar Stephen. Zane mengumpat kasar melihat Stephen tergeletak bersimbah darah di lantai kamarnya. Sepertinya perutnya terluka.
Zane menghampiri Stephen, berusaha mendudukkan tubuhnya setelah tahu pria itu masih bernapas. Zane memeriksa luka di perutnya. Luka tembak. Zane melepaskan jaketnya dan menutup luka itu, berusaha menghentikan pendarahannya, meski ia tahu itu sia-sia. Stephen sudah kehilangan banyak darah.
Zane berusaha tenang saat mengambil ponsel untuk memanggil bantuan, tapi tangan Stephen menghentikannya.
"Athena ..." pria itu berkata lemah, nyaris seperti bisikan, "in danger."
"Where is she?" tanya Zane. "And who did this to you?"
Stephen menunjuk ke langit-langit kamarnya. Lalu, ia berbisik, "Red Dragon."
Setelah kata itu keluar dari bibirnya, kekuatan meninggalkan tubuh pria itu, seiring dengan matanya yang perlahan terpejam. Zane bisa merasakan tangannya gemetar karena amarah. Ia sudah begitu dekat. Ia sudah hampir mendapatkan jawaban yang ia perlukan. Bagaimana bisa ...
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Non-FictionMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...