Bab 16 - Kejutan yang Manis

1K 125 16
                                    

Kejutan yang Manis

Ellena menepikan harga dirinya setelah melihat sendiri Lynn Canyon Park dari internet dan bergegas bersiap untuk keluar. Ia berusaha untuk tidak terlalu antusias, melambatkan langkahnya di tangga, dan saat ia tiba di bawah, ia melihat Ronnie yang ada di ruang keluarga, menonton televisi. Ellena iseng ikut melihat tontonan gadis itu dan meringis mendapati gadis itu menonton tayangan satwa-satwa liar di alam terbuka.

Ellena berdehem untuk menarik perhatian Ronnie. Gadis itu menoleh dan langsung berdiri saat melihatnya.

"Zane udah bilang ke kamu kan, kalau hari ini kita bakal keluar?" tanya Ellena.

Ronnie mengangguk. "Sebenarnya, dia sempat ragu kamu mau pergi atau nggak."

Ellena berdehem. "Daripada aku cuma di kamar, kayaknya mending aku jalan-jalan aja. Tempatnya kayaknya bagus. Lagian, aku udah hampir seminggu nggak keluar rumah." Ellena menyebutkan salah satu alasan yang tadi sempat dilemparkan Zane padanya saat sarapan.

Ronnie mengangguk. "Kita berangkat sekarang?"

Ellena mengangguk. Ia berusaha untuk berjalan selambat mungkin, berusaha untuk tampak semalas mungkin. Tapi, tepat di depan pintu depan, ia mendengar suara pintu lain terbuka, dalam hati ia berharap itu bukan Zane, tapi harapannya berakhir sia-sia saat ia mendengar suara Zane,

"Kamu jadi ke Lynn Canyon?"

Ellena berdehem seraya memutar tubuh dengan agak malas.

"Sebenarnya malas, sih. Tapi, daripada aku bosan di rumah," Ellena beralasan.

Zane tersenyum dan entah kenapa Ellena merasa pria itu menertawakannya. Tapi kemudian, Zane berkata, "Sebenarnya aku juga pengen ke sana. Katanya bagus banget."

"Oh," sahut Ellena pendek.

"Ya udah deh, nikmatin aja jalan-jalanmu," ucap pria itu lagi.

Ellena mengangguk, tapi dengan dagu terangkat lebih tinggi. Samar ia sempat melihat sudut bibir pria itu terangkat sebelum ia berbalik, tapi harga diri Ellena menahan Ellena untuk tidak berbalik dan menatap pria itu lagi untuk sekadar memastikan apakah ia benar-benar tersenyum meledek Ellena.

"Kita berangkat sekarang," Ellena berkata pada Ronnie.

Gadis itu tersenyum dan mengangguk, lalu membuka pintu dan lebih dulu keluar. Bahkan saat menutup pintu itu, Ellena menolak untuk menoleh ke belakang. Oh, harga dirinya yang mendadak setinggi puncak Everest.

***

Zane masih tersenyum bahkan setelah Ronnie dan Ellena meninggalkan rumah. Pikiran Ellena tadi benar-benar menghiburnya. Ia nyaris saja tertawa jika tidak ingat, harga diri Ellena dipertaruhkan di sini tadi. Sudah lama Zane tidak melihat sisi diri Ellena yang ini. Gadis itu tidak selamanya dingin, sinis, dan selalu menutupi semuanya sendirian.

Tapi, yang mana pun itu, tak ada yang tidak Zane sukai tentang Ellena. Pengecualian untuk rasa sakit Ellena karena dirinya. Zane tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri karena telah menyakiti Ellena seperti itu. Tapi, ia toh tak punya pilihan lain.

Benarkah?

Tanya penuh keraguan itu segera diusirnya dari benaknya. Berapa kali ia berpikir untuk nekat menceritakan salah satu rahasianya pada Ellena? Setidaknya satu. Sama seperti Zelo menceritakan tentang kemampuannya pada Veryn. Tapi, jika Zane benar-benar melakukannya, akankah Ellena bisa menerimanya seperti halnya Veryn menerima Zelo?

Gadis itu bahkan menepikan rasa sakitnya karena Zane demi menghibur Zane saat ia berduka kemarin. Ia bersedia menerima Zane sebagai temannya. Ia bersedia menjadi sandaran sementara Zane. Ia bersedia menenangkan dan menghibur Zane di saat berdukanya.

I'm With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang