Melacak Musuh Baru
"Kamu mau ngomong apa sama aku?" tanya Athena saat ia memasuki ruang kerja Zane.
"Kamu kenal siapa yang ngikutin kamu di Athena waktu itu?" tanya Zane langsung.
Athena mengerutkan kening, berusaha mengingat-ingat. Ia sempat menoleh sekilas ke dalam jalan itu setelah bertemu dengan Kris dan ia sempat melihat sekilas wajah orang-orang itu. Tapi, wajah mereka tidak tampak jelas karena hoodie yang mereka kenakan. Meski begitu, ia merasa mengenali salah satu dari mereka, pria yang berdiri paling belakang.
"Kamu kenal mereka?" Zane kembali bertanya.
Athena menggeleng. Ia tidak bisa yakin di mana ia melihat pria itu. Tapi, tidak mungkin ia pernah melihat anggota Red Dragon.
"Mereka bukan Red Dragon," Zane menyatakan.
Athena kontan mengerutkan kening mendengarnya. Jika bukan Red Dragon, lalu siapa mereka? Kenapa mereka mengejar Athena?
"Kamu sempat lihat wajah mereka, kan?" tanya Zane lagi.
Athena mengangguk. "Nggak begitu jelas, sih," akunya.
"Apa kamu ... mungkin kenal sama mereka? Mungkin mereka orang-orang ayahmu atau ..."
Athena menggeleng. "Aku emang ngerasa pernah lihat wajah itu, tapi nggak bisa ingat di mana aku lihat dia," ucapnya jujur.
Zane mendesah berat, mengangguk.
"Apa ada kemungkinan ... ada orang lain yang ngincar aku?" Athena memastikan.
"Aku belum bisa mastiin itu, tapi aku bakal nyari tahu lebih banyak tentang mereka. Mungkin mereka emang orang-orang Black Dragon yang kamu nggak tahu," Zane berasumsi.
Athena menggeleng. "Kalau Black Dragon yang nemuin aku, pasti Papa yang bakal datang nemuin aku. Karena Papa tahu, aku nggak bakal kabur lagi kalau Papa yang datang. Aku pernah beberapa kali nyoba kabur, anyway, pas aku masih remaja," ia mengakui sikap kekanakannya di masa lalu.
Zane tersenyum kecil. "Oke, ntar aku coba cari tahu lagi. Kamu juga, tolong coba ingat-ingat, mungkin kamu pernah lihat mereka di markas Black Dragon juga."
Athena mengangguk. Ia sudah berbalik, hendak berjalan ke pintu, tapi ia berhenti dan memutar tubuhnya, kembali menatap Zane dengan penasaran,
"Apa kamu sama Zelo sering berantem se-childish tadi? Dengan nyerang kelemahan masing-masing gitu?"
Zane mendecak kesal dan membalas, "Aku udah selesai ngomong sama kamu."
"Aku anggap itu sebagai ya," sahut Athena santai, sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan ruangan itu.
Bisa-bisanya dua pria itu bertengkar seperti tadi di depan Ellena dan Veryn.
***
Keriangan Veryn sudah kembali saat furniture rumah mereka datang siang itu. Dengan dibantu Ellena, Athena, dan Ronnie, ia mengarahkan petugas yang dikirim dari toko untuk mengantarkan barang-barang itu, di mana mereka harus meletakkan barang-barangnya.
Karena kamar tidur utama, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, bahkan dapur sudah diisi, mereka hanya perlu mengisi dua kamar kosong lain di bawah. Zelo awalnya menawarkan untuk menggunakan salah satu ruangan Veryn sebagai perpustakaan dan ruang kerja Veryn, tapi Veryn menolak. Ia bisa bekerja di mana saja dan ia ingin perpustakaannya ada di ruang keluarga.
"Biar aku bisa sekalian pamer koleksi novelku," gadis itu beralasan.
Tak lupa, beberapa mesin-mesin yang sangat penting dalam hidup Veryn, mesin cuci dan toaster, ada di sana. Sementara di kulkas, sama seperti di rumah Zane dan Ellena, John sudah mengisinya dengan berbagai macam makanan, tapi karena sebelum ini mereka tidak tinggal di rumah ini, beberapa makanan sudah basi dan harus dibuang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Non-FictionMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...