Dia Pergi
Setelah John pulang, Kris, Matt, Ronnie, Zane, dan Zelo pergi ke ruang kerja Zane. Meninggalkan Veryn dan Ellena di ruang keluarga. Meski Zelo dan Zane sudah meminta Veryn dan Ellena untuk tidur lebih dulu, tapi keduanya masih bertahan di ruang keluarga, masih sibuk memikirkan kata-kata John tadi.
"Kamu ... gimana, Ve?" Ellena bertanya lebih dulu.
Veryn menghela napas berat. Ia memejamkan mata, menggeleng pelan.
"Zelo selalu bilang, ke mana pun dia pergi, dia bakal balik ke aku, dia bakal baik-baik aja," gumam Veryn pelan. Matanya kembali terbuka, kegamangan tampak jelas di sana. "Aku udah terbiasa percaya sama dia. Aku ... nggak tahu apa yang harus aku lakuin sekarang. Aku takut, khawatir, cemas, tapi aku juga nggak pengen maksa dia buat ngelakuin hal yang dia nggak suka. Karena selama ini, dia juga nggak pernah ngelarang aku ngelakuin hal yang aku suka. Dia ... nggak pernah nentang apa pun yang aku suka. Well, kecuali obrolan tentang cowok lain," Veryn menambahkan dengan bercanda, tapi ekspresinya masih tampak gamang.
Ellena tersenyum kecil. Ia pernah mendengar, pasangan yang saling mencintai semakin lama akan semakin mirip satu sama lain. Ia melihat itu pada Zelo dan Veryn. Sejak bersama Veryn, Zelo jadi lebih sering tersenyum seperti Veryn. Sementara Veryn juga, sempat-sempatnya bercanda di tengah situasi seserius ini. Sama seperti Zelo.
"Kalau kamu ... kamu nggak pa-pa, Zane ... kayak gitu?" tanya Veryn hati-hati.
Ellena mendesah berat. "Bukan hakku buat ngatur hidup dia. Itu hidup dia, itu pilihan dia. Aku nggak ada hak buat ikut campur." Ellena bahkan berusaha tersenyum di akhir kalimatnya, meski ia tahu senyumnya pasti justru tampak menyedihkan.
"Tapi, Zane peduli sama kamu. Dia ..."
"Dia nggak sama kayak Zelo, Veryn," sela Ellena. "Kamu bisa yakin Zelo bakal ada di sampingmu. Seandainya dia pergi, dia pasti bakal balik lagi ke kamu. Tapi, aku sama Zane ... nggak ada kepastian buat kami. Aku akuin, aku iri sama keberanian kamu. Milih buat ada di samping Zelo, setelah kamu tahu kemampuan dia, setelah kamu tahu kalau dia suka pergi tiba-tiba. Aku iri sama kepercayaan kamu ke dia, dan juga pikiran positif kalian buat masa depan kalian.
"Tapi, aku nggak bisa kayak gitu, Ve. Aku udah pernah terluka. Aku udah tahu gimana rasanya nyembunyiin rasa sakit itu sendirian. Dan tiba-tiba Zane balik lagi, nawarin dia bakal ngambil semua rasa sakit itu sendirian, kayak aku dulu. Karena aku tahu gimana sakitnya itu, aku nggak bisa ngelakuin itu ke dia. Aku nggak bakal bisa berhenti cemas dan takut tentang masa depan kami. Makanya aku milih kayak gini. Karena aku cinta sama dia."
Ellena menunduk saat matanya terasa panas. Ia menarik napas dalam, menghapus sudut matanya. Saat ia mendongak, ia sudah mendapati Veryn yang terisak. Tapi, sebelum Ellena sempat menghampiri gadis itu untuk menghiburnya, pintu ruang kerja Zane terbuka dan Zelo keluar dari sana, menghampiri Veryn dan merengkuh gadis itu dalam peluknya.
"Aku nggak pa-pa, Ve, aku nggak pa-pa," Zelo berusaha menenangkan Veryn, tangannya mengusap lembut kepala Veryn.
"Aku nggak mau maksa kamu ngelakuin apa yang kamu nggak pengen. Tapi, aku juga takut, Zel. Aku ... takut kehilangan kamu. Sekarang, aku nggak bisa hidup kalau tanpa kamu. Sori, karena aku mikir kayak gini, sori karena aku jadi seegois ini," Veryn menangis di pelukan Zelo.
"Aku ngerti. Dan aku nggak pernah bilang kamu egois. Kalau kamu minta aku buat berhenti, aku bakal berhenti. Apa pun, Ve. Aku bakal ngelakuin apa pun buat kamu. Jadi, jangan nangis lagi." Zelo memeluk Veryn semakin erat, ekspresinya tampak begitu terluka hanya karena kesedihan Veryn.
"Aku nggak mau maksa kamu. Tapi, aku juga takut kehilangan kamu." Veryn masih menangis.
Zelo menghela napas berat. Ia mengecup puncak kepala Veryn dan mengusap lembut rambut gadis itu. Bahkan sampai tiga puluh menit berikutnya, Zelo terus mengatakan pada Veryn, bahwa dia akan baik-baik saja, bahwa dia tidak akan pernah menyebut Veryn egois, bahwa dia akan menuruti apa pun permintaan Veryn. Hingga Veryn yang perlahan mulai tenang, akhirnya terlelap dalam pelukan Zelo.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Non-FictionMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...