Rumitnya Cinta
Veryn menatap Ellena takjub, tak percaya, setelah mendengar ceritanya tadi. Ia tidak pernah tahu jika dulu, lima tahun lalu, Zane dan Ellena hampir menikah. Akan menikah. Tapi, Zane membatalkan pernikahan mereka di malam sebelum pernikahan mereka. Tanpa alasan apa pun, tanpa penjelasan apa pun, berdasarkan cerita Ellena barusan.
Tapi, bahkan setelah semua itu, mereka masih bisa bertemu seolah tak terjadi apa-apa. Bahkan di pernikahan Veryn itu ... ah, Ellena tampak melamun dan memikirkan sesuatu kala itu. Jadi, itu juga ... karena Zane? Dan betapa terlukanya ia kala itu, ketika ia harus berada di sana, dalam acara pernikahan Zelo dan Veryn, di ruangan yang sama dengan Zane?
Jika berdasarkan kata-kata Zelo tadi, yang pastinya berdasarkan pikiran dari Ellena atau Zane, keduanya saling mencintai. Masih saling mencintai. Jadi, kenapa mereka seperti ini? Kenapa ... mereka membuatnya serumit ini? Jika mereka memang saling mencintai, mereka seharusnya bahagia dengan pernikahan mereka. Tapi, apa ini?
"Kamu ... nggak pa-pa, Zelo bisa dengerin pikiranmu?" tanya Ellena tiba-tiba.
"Um ... aku sih nggak pa-pa. Aku udah terbiasa juga. Tapi, dulu pas pertama aku tahu, ya aku marah, sih. Tapi, Zelo bahkan nggak berusaha ngebela diri. Dia dengerin semua kemarahanku, kata-kata kasarku juga. Aku kejam banget ke dia dulu," ungkap Veryn seraya tersenyum menyesal. "Aku bahkan nggak tahu kalau dulu dia udah suka sama aku. Bayangin aja, betapa terlukanya dia waktu itu gara-gara kata-kata kejamku."
Ellena melongo. "Jadi, waktu itu ... kamu belum suka sama Zelo dan ..." Ellena meringis, tak sanggup melanjutkan kalimatnya tentang betapa kejamnya Veryn dulu pada Zelo.
"Iya. Makanya, kadang aku juga ngerasa bersalah sih kalau ingat pas itu. Tapi Zelo selalu bilang, dia nggak masalah sama itu. Dia bilang, yang penting sekarang aku sama dia, dan kami bahagia. Itu aja." Veryn tersenyum lebar.
Ellena tampak merenung. Tatapannya lurus ke arah English Bay yang berada di depan taman berumput tempat mereka beristirahat itu.
"Kamu ... apa yang kamu lakuin pas Zelo tahu perasaanmu? Pas itu, kamu udah tahu belum kalau Zelo suka sama kamu?" tanya Ellena lagi. Gadis itu menatap Veryn penasaran.
"Itu ..." Veryn tersenyum menyesal lagi. "Kamu ingat pas aku kabur? Itu karena aku takut Zelo bakal tahu perasaanku. Waktu itu aku masih nggak tahu perasaan dia, makanya aku berusaha kabur. Tapi ... yah, kamu tahu sendiri, akhirnya Zelo malah terluka pas ngelindungin aku, dan Zane sama Liana, temanku, ngasih tahu aku kalau selama ini Zelo udah suka sama aku."
"Satu lagi hal yang bikin aku ngerasa bersalah sama dia." Veryn mendesah berat. "Tapi, Zelo malah bilang, dia bersyukur sama kejadian itu. Karena kalau nggak gitu, dia nggak bakal pernah berani ngungkapin perasaannya ke aku. Dan dia juga nggak bakal tahu betapa aku cinta sama dia."
Ellena tersenyum mendengar ceritanya itu. "Kalian beruntung banget."
Veryn nyaris saja melontarkan hal yang sama, tapi ia langsung mendapati Zelo memanggilnya dalam kepalanya. Mengingatkannya akan situasi Ellena dan Zane yang berbeda dengan situasi mereka. Veryn masih tak mengerti, kenapa Ellena sampai melakukan ini?
Jika dia memang mencintai Zane, dan Zane mencintainya, tidakkah itu cukup? Kenapa dia harus membuatnya serumit ini?
"Veryn, apa kamu punya sesuatu yang kamu rahasiain dari Zelo? Dan sebaliknya, apa Zelo nyimpan rahasia dari kamu?" tanya Ellena kemudian.
Veryn memikirkan pertanyaan Ellena. Apa yang Veryn rahasiakan dari Zelo? Sepertinya tidak ada. Dan apa yang Zelo rahasiakan darinya?
"Aku sih, nggak ada yang dirahasiain dari dia. Secara, dia bisa lihat langsung ke kepalaku. Tapi, kalau dia ... aku nggak tahu deh, dia punya rahasia apa lagi dari aku. Dulu sih, dia bilangnya dia udah nggak punya rahasia lagi ke aku. Tapi yah, aku yakin dia pasti punya rahasia yang aku nggak tahu, lah. Misalnya, mantan cewek yang dia suka, semacam itu. Meski dia bilang dia nggak pernah punya cewek sebelum aku. Pembohong. Tapi yah, aku percaya aja sama dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Non-FictionMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...