Piknik Terakhir
"Ini hari terakhir kita di sini," Zane berkata saat mereka sarapan pagi itu.
Veryn tak bisa menyembunyikan kekecewaan, tapi kemudian ia memasang senyum di wajahnya. Zelo merasa sakit juga melihat usaha gadis itu.
"Hari ini kita acaranya ngapain?" tanya Veryn riang. Terlalu riang.
Zelo tersenyum melihat usaha istrinya itu. "Kamu pengen ngapain?" ia balik bertanya.
Veryn tampak berpikir. Dengan agak sedikit terlalu serius. Tapi, dalam kepalanya, ia tak bisa memikirkan hal lain selain kepergian Athena, Ellena, dan yang lain besok.
"Naik perahu keliling pulau?" usul Athena tiba-tiba.
Veryn seketika mengangguk saat menoleh pada Athena.
"Trus, kita piknik," tambah Ellena.
Veryn mengangguk antusias, bahkan tersenyum lebar.
"Oke, ntar aku siapin makanan buat pikniknya," Athena mengusulkan.
"Jangan lupa bawa buku juga," tambah Ellena.
Veryn kembali mengangguk. Meski dalam kepalanya, Zelo masih bisa melihat kesedihan Veryn, tapi gadis itu terus berusaha tersenyum. Siapa sangka, Veryn yang dulu selalu menutup diri dari orang lain, kini bahkan tak mau berpisah dari orang-orang ini.
Usai sarapan, sementara Veryn, Ronnie, dan Ellena membereskan meja, dibantu Kris, Athena memanggil Zelo ke ruang tamu. Waktunya mengganti perbannya. Zelo mencium pipi Veryn sekilas sebelum meninggalkan ruang makan.
Saat Zelo memasuki ruang tamu, dilihatnya Athena menatapnya dengan kaget. Dari kepala Athena, Zelo bisa melihat Veryn berdiri di belakangnya. Zelo memutar tubuh dan didapatinya istrinya itu tersenyum padanya.
"Kamu beneran nggak pa-pa di sini?" tanya Athena.
Veryn menoleh pada Athena dan mengangguk.
"Besok kalau kamu pulang, kan, aku yang harus gantiin perban dia juga," Veryn berkata.
"Aku bisa urus itu sendiri," Zelo membalas Veryn. "Athena cuma mau meriksa aja. Bahkan tanpa dia pun aku bisa ganti perban sendiri, kok."
Veryn mengabaikan Zelo dan duduk di samping Athena, lalu melambaikan tangannya meminta Zelo mendekat.
Zelo mendesah berat, terpaksa menurut. Zelo mengambil tempat di samping kiri Veryn dan mengulurkan lengannya pada Athena melewati bahu Veryn. Veryn seketika memajukan tubuh dan menoleh untuk melihat ke belakang. Ketika Athena membuka perbannya, Veryn menahan napas, dan tangannya menggenggam tangan kiri Zelo dengan erat.
"Jangan dipaksain," Athena berkata pada Veryn.
Veryn menggeleng.
Athena menatap Zelo dan Zelo mengangguk. Athena melanjutkan kegiatannya. Zelo memperhatikan Veryn yang tak mengalihkan tatap dari lengan Zelo. Ia mengernyit ketika melihat luka di sana. Zelo balik menggenggam tangan Veryn dan menarik gadis itu mendekat hingga Veryn bersandar di bahu kirinya.
"Udah nggak pa-pa sekarang," Zelo berkata pada Veryn. Ia mencium puncak kepala Veryn. "Udah nggak sakit, kok."
Veryn menoleh dan mendongak menatapnya. Gadis itu lagi-lagi berusaha tersenyum.
"Sori ya, aku nggak bisa buat nggak khawatir. Jadi buat beberapa waktu, biarin aku ngawatirin kamu, hm?" gadis itu meminta.
Zelo mengangguk, lalu menunduk untuk mencium Veryn, ketika Athena berdehem.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm With You (End)
Non-FictionMeskipun Zane mencintai Ellena, ia harus melepsakan gadis itu karena tidak ingin menyakitinya. Tapi siapa sangka, takdir justru kembali menyeretnya pada gadis itu, seolah tahu perasaan Zane padanya tak sedikit pun berubah sejak mereka berpisah lima...